Lihat ke Halaman Asli

Tempoyak dan Tapai Ketan, Inovasi Makanan Fermentasi Halal

Diperbarui: 21 Agustus 2024   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:Cookpad/Marlina 


Sumber: RRI.coid


Malang, 20 Agustus 2024 – Universitas Negeri Malang (UM) kembali menunjukkan komitmennya dalam pengembangan inovasi pangan dengan penelitian terbaru yang berfokus pada Tempoyak (durian fermentasi) dan Tapai Ketan. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan kandungan alkohol dalam kedua produk tradisional tersebut agar sesuai dengan standar halal yang ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Inovasi ini tidak hanya menjawab kekhawatiran masyarakat terkait kehalalan makanan fermentasi yang mengandung alkohol, tetapi juga mendukung upaya pencapaian pembangunan berkelanjutan di berbagai bidang, termasuk kesehatan dan kesejahteraan, serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.


Dalam pelaksanaannya, penelitian ini bekerja sama dengan Dr. Nor Surilawana Haji Sulaiman, seorang dosen dari Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA), Brunei Darussalam. Kolaborasi ini memperkaya perspektif penelitian dengan pengetahuan dan pengalaman internasional, khususnya dalam penerapan standar halal di berbagai negara.


Tempoyak dan Tapai Ketan adalah dua produk tradisional Indonesia yang dihasilkan melalui proses fermentasi, yang dapat meningkatkan kandungan alkohol. Meskipun keduanya sangat populer dan memiliki nilai gizi yang tinggi, masyarakat sering meragukan kehalalan produk ini karena kemungkinan kandungan alkoholnya melebihi batas yang diizinkan. Dengan mengatasi masalah ini, penelitian ini tidak hanya memberikan solusi yang diperlukan untuk industri pangan, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dengan memastikan bahwa produk pangan tradisional ini aman dan halal untuk dikonsumsi.


Selain itu, penelitian ini juga mendorong produksi pangan yang lebih bertanggung jawab. Dengan menetapkan standar fermentasi yang tepat, industri pangan dapat memproduksi Tempoyak dan Tapai Ketan yang tidak hanya aman dari segi kesehatan, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan, sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.


Tim peneliti, yang terdiri dari ahli di bidang Teknik Boga, Biologi, dan Kedokteran dari UM, bekerja sama dengan Dr. Nor Surilawana Haji Sulaiman, telah bekerja keras untuk mengidentifikasi durasi fermentasi yang optimal. Mereka berharap hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi industri makanan tradisional untuk terus berinovasi tanpa meninggalkan aspek kehalalan dan keberlanjutan.
“Kami berharap penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat luas, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,” kata Dr. Titi Mutiara Kiranawati, Ketua Peneliti.


Penelitian ini menunjukkan bahwa inovasi dalam industri pangan tradisional dapat selaras dengan pembangunan berkelanjutan. Dengan menjaga integritas budaya melalui produk tradisional seperti Tempoyak dan Tapai Ketan, UM terus mendorong perkembangan ilmu pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berkontribusi pada kesejahteraan dan keberlanjutan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline