Hari Raya Idul Fitri atau hari Lebaran adalah hari Kemenangan umat Islam. Hari yang tepat untuk kembali kepada fitri atau kesucian. Seperti, bayi yang baru lahir. Dan, Hari Raya Idul Fitri adalah momentum yang tepat untuk membersihkan hati dengan mengeluarkan zakat Fitri (zakat fitrah). Setelah, satu bulan lamanya menahan hawa nafsu melalui gemblengan iman yang berupa ibadah puasa.
Hari Raya Idul Fitri merupakan momentum bangsa Indonesia untuk saling memaafkan. Setelah satu tahun yang lalu melewati banyak kesalahan dan dosa. Sesama saudara saling berseteru karena berbagai permasalahan bangsa. Khususnya, masalah ajang Pemilu 2019. Di mana, setiap anak bangsa saling benci dan bermusuhan karena perbedaan politik.
Hari kemenangan ini juga menjadi sejarah bangsa Indonesia untuk menghentikan segala permusuhan baik di tingkat grass root maupun tingkat elit. Masyarakat saling menuduh, menebarkan hoax dan menjelekan pihak lain. Bahwa, pilihan politiknya yang paling benar. Oleh karena itu, Hari Raya Idul Fitri adalah sarana untuk memberikan kesempatan setiap anak bangsa saling meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan setahun lalu.
LEPASKAN AMARAH DAN KETEGANGAN
Amarah adalah sifat yang dibawa manusia. Lumrah, jika manusia bisa meluapkan amarah atas masalah yang dihadapinya. Juga, marah dari segala kedholiman dan kesewenang-wenangan. Itulah sebabnya, manusia mampu meluapkan amarah.
Sama halnya dengan ajang Pemilu 2019 yang mencari calon legislatif (caleg), partai politik dan calon presiden (capres) yang akan memimpin bangsa Indonesia 5 tahun ke depan. Tidak dipungkiri, rasa amarah dan ketegangan menyelimuti anak bangsa selama kampanye dan pelaksanaan pemilu 2019.
Banyak contoh pertemanan menjadi pecah karena perbedaan politik. Namun, banyak pertemanan baru yang terjadi karena persamaan politik. Yang membuat miris adalah perbedaan politik menjadi seteru secara horizontal. Silaturahmi menjadi pecah karena perbedaan pilihan Calon Presiden.
Persaudaraan menjadi renggang karena beda jagoan calon legislatif dan partai politik. Permusuhan antar tetangga, teman, saudara atau kolega bukan hanya dalam satu hari atau dua hari. Tetapi, hingga berhari-hari. Karena, perbedaan ego terhadap pilihan politik hingga memutuskan tali silaturahmi.
Padahal, dalam agama Islam menyatakan bahwa memutuskan tali silaturahmi lebih dari 3 hari adalah dosa besar. Seperti, apa yang ada dalam hadits Rasulullah SAW yang artinya:
"Dari Abi Ayub AL Anshariy, sesungguhnya Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasslam bersabda, "Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam di mana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling. Yang lebih baik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam"" (HR. Muslim, Hadits No. 2560)
Maka dari itu, Hari Raya Idul Fitri menjadi hari yang fitri. Di mana, setiap insan ingin bersih dari segala dosa yang telah diperbuat. Juga, hari yang bagus untuk melepaskan segala amarah dan ketegangan anak bangsa atas perseteruan. Serta, perbedaan pandangan dan pilihan politik tahun lalu.