Yah, wisata ke Bali lagi. Memang, Bali sepertinya tidak pernah habis mempunyai pesona wisata yang wajib kita kunjungi. Bagi yang datang dari luar Bali pun tidak usah bingung karena banyak penerbangan yang menuju ke Bandara Udara Internasional Ngurah Rai Bali. Apalagi, jika kita sudah mempunyai tiket pesawat dari maskapai penerbangan yang kita sukai. Saya sudah mencoba beberapa maskapai penerbangan, tetapi untuk penerbangan domestik, Citilink dan Garuda Indonesia masih menjadi prioritas.
Kali ini, saya berkunjung ke kawasan wisata yang mengedepankan keindahan pesona alam dan kebersihan yang tetap terjaga. Kawasan tersebut adalah Desa Wisata Penglipuran. Desa Wisata Penglipuran terletak di Desa Kubu Kabupaten Bangli. Entah, sudah berapa kali ssaya datang ke tempat wisata ini. Tetapi, yang saya ingat adalah betapa bersihnya kawasan wisata ini. Saya tidak tega rasanya untuk membuang sampah sembarangan.
Rute untuk mencapai Desa Wisata Penglipuran mudah dijangkau dari Kota Denpasar yang jaraknya kurang lebih 30 km dengan kendaraan pribadi atau rental. Jika, dari Bandara Udara Internasional Ngurah Rai, jaraknya lebih jauh kurang lebih 40 km. Kita bisa melalui Kota Bangli atau melalui Kintamani dulu. Jika melalui Kota Bangli jaraknya lebih dekat.
Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bangli Nomor 7 Tahun 2010, harga tiket masuk Desa Wisata Penglipuran ditetapkan sebagai berikut:
- WNA Dewasa : Rp. 10.000,-
- WNA Anak-anak : Rp. 7.500,-
- WNI Dewasa : Rp. 7.500,-
- WNI Anak-anak : Rp. 5.000,-
Tersedianya lahan parkir yang luas dan bersih enak dipandang mata. Di seberang kawasan parkir terdapat beberapa tempat penting yang bisa kita lihat, seperti Information Center yang di sampingnya terdapat bale bengong sangat nyaman untuk beristirahat. Di samping bale bengong terdapat Balai Banjar Banjar Penglipuran yang dipergunakan sebagai tempat kegiatan keagamaan.
Di area utama, rumah yang terdapat di kanan kiri jalan yang lebarnya kurang lebih 4 meter tertata rapi memiliki pintu gerbang yang sama. Saya sempat bertanya ke beberapa penduduk setempat, apakah pintu gerbang tersebut sengaja dibuat sama dengan tujuan untuk menarik wisatawan?. Jawabannya justru di luar perkiraan bahwa pintu gerbang rumah tersebut sudah ada sejak jaman dahulu. Ini benar-benar kearifan lokal yang luar biasa. Tidak adanya perbedaan si kaya dan si miskin atau yang mempunyai jabatan tinggi atau rendah.
Bahkan, saya pun menyempatkan diri untuk masuk ke rumah-rumah penduduk, bentuknya pun sangat sederhana dan alami. Masyarakatnya benar-benar menyadari arti penting menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Itulah sebabnya, setiap di depan rumah penduduk telah disediakan tempat sampah. Jangan coba-coba membuang sampah sembaranagn, anda akan mendapatkan sanksi sosial. Malunya yang tidak bisa disembunyikan. Apalagi, kesadaran masyarakat sekitar semakin kuat, setelah kawasan wisata tersebut masuk dalam 3 kawasan terbersih di dunia. Beritanya ada di sini. Sangat membanggakan!
Di sepanjang jalan menanjak tersebut, kita bisa beristirahat di rumah-rumah penduduk yang dilengkapi dengan art shop (toko souvenir), makanan dan minuman. Kita bisa menyempatkan diri untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal. Jika kita ingin mendapatkan oleh-oleh khas Desa Wisata Penglipuran, maka Loloh Cemcem merupakan pilihan yang menarik. Minuman khas menyehatkan yang rasanya campuran manis dan sedikit asem sangat segar ketika diminum dalam keadaan dingin.
Selanjutnya, di tempat yang paling ujung (atas), kita akan menyaksikan Pura Penataran Desa Wisata Penglipuran. Menurut sejarah, pada jaman dahulu masyarakat lokal membangun tempat persembahyangan untuk selalu mengingat leluhur (penglipur). Itulah sebabnya, nama desa tersebut dinamakan Penglipuran. Sedangkan, Pura Penataran dibangun ditempat yang paling tinggi dimaksudkan sebagai tempat tertinggi untuk memuja Ida Sang Hyang Widi Wasa atau Tuhan. Jadi, ada hubungan horisontal (mengingat leluhur) dan hubungan vertikal (menyembah) Tuhannya.
Bagi pengunjung yang ingin memasuki kawasan pura, maka diwajibkan untuk mengenakan baju tradisional (traditional dress) khas Bali yang bisa kita sewa di tempat. Sedangkan, tarif sewanya bersifat sukarela yang bisa kita masukan dalam kotak sumbangan (donation box). Bagi wanita yang sedang mengalami datang bulan (menstruasi) dilarang untuk memasuki kawasan pura tersebut seperti pura-pura lainnya di pulau Bali.
Terakhir, ada tempat wisata lain yang masih dalam satu kawasan Desa Wisata Penglipuran yang tidak boleh kita lewatkan begitu saja, yaitu: Hutan Bambu (Bamboo Forest). Untuk mencapainya, maka kita melewati jalan yang terdapat di sebelah kiri Pura Penataran yang jalannya agak menanjak. Pemandangan hutan bambu yang tertata rapi membuat kita berdecak kagum.