[caption caption="ilustrasi: KOMPAS.com/SRI LESTARI"][/caption]Sejak peringatan Hari Sampah Nasional yang diadakan pada tanggal 21 Pebruari 2016 lalu, masalah sampah menjadi perhatian serius Pemerintah Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, Presiden Jokowi pun mencanangkan Indonesia Bebas Sampah pada tahun 2020 nanti. Sebuah terobosan yang harus kita apresiasi tinggi.
Selanjutnya, permasalahan sampah bukanlah tanggung jawab Pemerintah saja, tetapi membutuhkan peran serta nyata dari semua lapisan masyarakat. Ibarat kata, sehebat apapun program kalau tidak didukung apalah gunanya. Oleh sebab itu, peran masyarakat dalam mensukseskan Indonesia Bebas Sampah pada tahun 2020 harus dibarengi dengan tindakan nyata.
[caption caption="Ogoh-ogoh yang siap diarak pada malam pengerupukan menjelang Hari Raya Nyepi 9 Maret 2016 (dokpri)"]
[/caption]
Penggunaan Styrofoam
Kegiatan apapun yang membutuhkan material yang ramah lingkungan merupakan tindakan nyata untuk menyelamatkan lingkungan. Kita memahami bahwa banyak material yang digunakan tidak dapat diurai dalam tanah dalam beberapa tahun ke depan. Kondisi ini sangat menyedihkan.
Sama halnya dengan proses pembuatan ogoh-ogoh dalam menghadapi Hari Raya Nyepi 9 Maret 2016 di Bali. Arak-arakan atau pawai ogoh-ogoh telah dilakukan semarak pada malam pengerupukan menjelang jatuhnya Tahun Baru Saka 1938 dalam Kalender Hindu Bali. Perlu diketahui bahwa, proses pembuatan ogo-ogoh telah menyita perhatian masyarakat Hindu Bali kurang lebih 1 bulan sebelum jatuhnya Hari Raya Nyepi.
Ada hal yang membuat gundah kita dalam proses pembuatan ogoh-ogoh. Material yang digunakan untuk membuat ogoh-ogoh secara mayoritas berasal dari bahan yang tidak dapat terurai dalam tanah, yaitu: Styrofoam. Styrofoam (disebut juga polystyrene) atau masyarakat awam yang biasa menyebutnya sebagai Gabus umumnya berwarna putih bersih. Bentuknya simpel dan ringan.
Secara kimiawi bahwa Styrofoam dibuat dari kopolimer styrene yang mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang dan dibentuk sesuai kebutuhan kita. Namun, yang menyedihkan adalah kandungan yang terdapat dalam bahan styrofoam yang berupa benzen, carsinogen, dan styrene. Kandungan tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada sum-sum tulang belakang, menimbulkan anemia dan mengurangi produksi sel darah merah hingga meningkatkan resiko kanker.
Banyak kalangan menganggap bahwa Styrofoam diklaim sebagai Sampah Abadi yang Tidak Terurai. Oleh sebab itu, Styrofoam sangat berbahaya bagi lingkungan. Sebagai informasi, jika sampah plastik membutuhkan waktu hingga 500-an tahun untuk dapat terurai di dalam tanah, tetapi styrofoam justru tidak pernah dapat terurai. Sehingga sebungkus sampah styrofoam di dalam tanah akan tetap pada bentuknya, tidak berubah dan hancur.
Memang, beberapa penelitian telah menemukan Styrofoam jenis Oxodegradable Polystyrene, yang diprediksi lebih ramah lingkungan. Tetapi, untuk menjadi ramah lingkungan harus diberi tambahan bahan oxium sehingga dapat terurai dalam waktu 4 tahun. Tentunya dengan penangan yang serius, biaya dan teknologi yang mumpuni.
[caption caption="Ogoh-ogoh yang dibuat dari bahan Styrofoam (Tempo.com)"]
[/caption]