Selain memiliki manfaat, pemberian akses penggunaan gawai (gadget) pada anak-anak juga bisa berdampak negatif. Gawai dapat menjadikan ketagihan atau kecanduan menggunakan aplikasi atau mengakses situs tertentu.
Anak-anak pengguna internet dan media sosial berisiko terpengaruh konten negatif, mengalami cyber bullying, menjadi korban predator online, atau dampak buruk lain.
Masalahnya, tidak gampang menyembuhkan anak yang telah mengalami ketagihan terhadap gawai.
Nah, sebelum terlanjur si anak ketagihan, orangtua harus berhati-hati dalam mengenalkan internet dan gawai pada si kecil. Karena penyebab masalahnya dominan berasal dari orangtua sendiri.
Apa saja yang harus dihindari orangtua dalam memberikan akses anak terhadap gawai? Berikut lima diantaranya, yang sering kali merupakan kesalahan umum terjadi alias salah kaprah.
1. Memberikan smartphone sebagai mainan pada anak balita
Bagi anak-anak, bermain merupakan kebutuhan, karena dunia anak adalah dunia bermain. Bermain juga merupakan aktivitas untuk mengembangkan kemampuan anak. Tapi memberikan mainan dalam bentuk HP (handphone/telepon genggam), khususnya smartphone, bagi anak-anak yang masih usia balita (bawah lima tahun), tidak boleh asal diberikan.
Anak balita setelah diberi mainan HP sangat bisa jadi ketagihan. Menjadi kesulitan tersendiri bagi orangtua untuk melepas ketagihan yang dialami si anak.
Jika anak sudah merengek-rengek minta dipinjami HP untuk bermain, tidak jarang orangtua menjadi tidak berdaya. Karena itu, jangan asal memberikan mainan HP pada anak balita.
Rekomendasi American Academy of Pediatric (2016), untuk anak usia 0-1,5 tahun disarankan menghindari gawai, kecuali video call dengan keluarga terdekat.
Anak usia 1,5-2 tahun hanya boleh diberikan akses untuk program berkualitas tinggi dan edukatif serta disertai pendampingan. Anak usia 2-5 tahun hanya 1 jam per hari dengan pendampingan orangtua.