Lihat ke Halaman Asli

Cegah Preman dengan Komunitas Tandingan

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1330306726330284142

Belakangan ini, seruan anti premanisme sedang laku dijual. Isi seruan itu sendiri memang sangat penting karena menyangkut rasa aman masyarakat. Maka sangatlah wajar jika di sela-sela hiruk pikuk kecaman terhadap premanisme yang dilontarkan berbagai pihak, menyelinap harapan supaya seruan ini tidak sebatas acara ‘berbalas pantun’ antara para pendemo dan pejabat. Para pendemo yang menyerukan ‘Indonesia damai’ ditanggapi oleh pemerintah dengan ‘menegur’ secara proporsional beberapa ormas yang dinilai sudah bertindak melampaui hukum yang berlaku. Tidak hanya ‘menegur’ lewat tindakan, pihak yang berwenang pun melontarkan beragam pernyataan semacam ‘saya tidak takut berantas preman’.

Jika dicermati, pernyataan yang disambut dengan antusias oleh sebagian kalangan ini sebenarnya menyimpan beberapa permasalahan seperti: yang diberantas itu ‘preman’nya atau ‘perilaku premanisme’nya? Kalau premannya yang benar-benar mau diberantas, apakah cukup dengan menembaki dan menangkapi semua orang yang dicap preman? Tetapi, siapakah sebenarnya yang kerap dicap preman itu: mereka yang malas bekerja keras dan mengambil jalan pintas lewat kekerasan untuk mendapatkan nafkah atau sesungguhnya sebagian besar dari mereka itu memilih jadi preman lebih karena desakan situasi sosial ekonomi seperti kurangnya pendidikan dan kesempatan kerja?

Komunitas Homeboy Industries

Romo Georg Boyle di tengah anggota komunitas Homeboy Industries (The Economist)

Seorang rohaniwan dari negeri seberang samudera menawarkan suatu jalan. Romo Greg Boyle, seorang rohaniwan yang berkarya di Los Angeles, adalah pendiri sekaligus ayah dari komunitas Homeboy Industries yang mendidik dan menyediakan lapangan kerja bagi para anggota geng/preman yang ingin mengubah hidupnya. Kehadiran 33.000 kelompok geng dengan 1,4 juta anggotanya yang tersebar di seluruh Amerika Serikat (khususnya di kota-kota besar) bukannya tidak membawa masalah sosial bagi masyarakat setempat. Tingginya angka kematian akibat senjata api dan peredaran obat-obatan hanyalah beberapa akibat buruk dari kenyataan sosial ini.

13303068111838385308

Motto komunitas dalam sebuah t-shirt (The Economist)

Tiada yang dapat menghentikan sebutir peluru seampuh lapangan kerja (Nothing stops a bullet like a job), adalah prinsip sekaligus moto romo Boyle untuk menjawab tantangan sosial itu. Dengan moto ini, komunitas asuhan yang didirikannya pada tahun 1992 itu, telah berhasil memberikan tiga hal penting bagi para eks-preman: sebuah keluarga, pendidikan dan kesempatan kerja. Mereka yang sudah terjerumus ke dalam dunia kekerasan ini biasanya malah takut untuk berbicara dengan ‘orang-orang normal’ di luar kelompoknya. Komunitas romo Boyle hadir tidak untuk menghakimi masa lalu mereka tetapi untuk membantu mereka membangun masa depan yang lebih baik, selayaknya sebuah keluarga mendukung masa depan anak-anaknya. “Kami mengolah pengalaman-pengalaman traumatis dalam suasana kekeluargaan,” ungkap romo Boyle.

Di samping suasana penerimaan penuh kekeluargaan, komunitas ini juga mendidik para eks-anggota geng ini agar siap masuk kembali ke dalam masyarakat. Persiapan ini dimulai dari hal yang paling sederhana: melenyapkan tato di badan yang dapat menghalangi seseorang mencari kerja atau kemungkinan terkait lagi dengan sindikat kejahatan. Di samping itu, diberikan juga pendidikan dasar seperti baca-tulis, matematika dan berbahasa Inggris secara elegan. Dan akhirnya, komunitas ini juga membantu mereka untuk dapat hidup secara mandiri dengan menemukan lapangan pekerjaan. Sejak berdirinya sampai sekarang, sudah ada 12,000 orang ‘lulusan’ komunitas Homeboy Industries dan 300 di antaranya dipekerjakan di dalam komunitas sendiri yang memproduksi roti, makanan Mexico dan toko cinderamata. Di sana, mantan anggota geng yang satu bekerja berdampingan dengan eks-saingannya.

Keluarga, Pendidikan dan Lapangan Kerja

Contoh komunitas serupa bersebaran di mana-mana. Paling tidak contoh di atas menekankan tiga point penting tadi. Maka, ‘premanisme’ dapat dicegah dengan memperhatikan kesejahteraan keluarga, terjangkaunya pendidikan yang memadai untuk semua dan terciptanya lapangan kerja. Pengabaian ketiganya yang disertai dengan lemahnya pelaksanaan hukum demi beragam kepentingan para oknum, berarti melestarikan keberadaan premanisme.

(Sumber: http://www.economist.com/node/21547798)

Paris, 27 Februari 2012




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline