Peristiwa tragis yang melibatkan anak pejabat Hatta Rajasa menuai banyak komentar politis dari masyarakat awam yang ujung-ujungnya menghakimi pejabat publik dan negara, bangsa Indonesia secara keseluruhan. Ada pula yang membandingkannya dengan di Amerika. Contohnya, komentar di artikel Kompas.com "Sejumlah Kejanggalan di Balik Insiden BMW Maut", berikut ini. Kalau mau bandingkan dengan kasus di Amerika, saya angkat kasus Ted Kennedy yang dikenal dengan sebutan "Chappaquiddick incident", terjadi tahun 1969. Kebetulan ada beberapa persamaan kasus Hatta Rajasa dengan Ted Kennedy. Pada saat kejadian, keduanya sama-sama pejabat publik dan sedang dijagokan sebagai kandidat presiden dari partai masing-masing. Bedanya, Ted Kennedy terlibat langsung dalam kecelakaan maut itu. Kronologi singkatnya kira-kira sebagai berikut. Pada 18 Juli 1969, Ted Kennedy menyelenggarakan pesta untuk para perempuan yang membantu kampanye presiden kakaknya, Robert. Sementara itu, istrinya yang sedang hamil tinggal di rumah. Hampir tengah malam, Ted meninggalkan pesta dengan seorang perempuan cantik bernama Mary Jo Kopechne.
Sumber gambar: AP, Boston Sunday Globe
Di tengah perjalanan, mobil Ted menyusuri jembatan dan nyemplung ke perairan sekitar pulau Chappaquiddick. Ted berenang menyelamatkan diri, sementara Mary Jo terperangkap di dalam mobil hingga tewas. Anehnya, Ted tidak langsung berusaha mencari pertolongan. Ia berjalan kaki kembali ke hotel. Keesokan paginya dan setelah jasad Mary ditemukan, Ted baru bicara ke pihak berwajib. Keterangannya muter-muter membingungkan. John Farrar, seorang penyelam dan ketua regu penyelamat yang mengangkat jasad Mary memberi kesaksian bahwa Mary tidak langsung tewas saat mobil nyemplung. Ia berusaha menggapai udara tersisa di dalam mobil hingga mati lemas 3 hingga 4 jam kemudian. Seandainya regu penyelamat segera datang, sangat besar kemungkinan Mary bisa diselamatkan. 7 hari setelah kejadian, Ted Kennedy terbukti bersalah kabur dari tempat kejadian. Ia dijatuhi hukuman 2 bulan penjara. Baik pengacara maupun jaksa penuntut setuju hukuman penjaranya ditangguhkan mengingat usia muda, karakter dan reputasi Kennedy. Sikap hakim juga lunak. Katanya, Kennedy sudah cukup tersiksa dan akan terus menderita beban moral lebih parah dari hukuman apapun yang dijatuhkan hakim. Ted Kennedy memang beruntung. Ia adik bungsu Presiden John K Kennedy dan senator Robert F Kennedy. Ia pun menjadi senator menggantikan kakaknya John yang jadi Presiden. Hingga saat ini, keluarga Kennedy sangat disegani, dianggap dinasti, diperlakukan bak selebriti dari kasta tinggi. Kennedy tidak pernah menjalani hukuman penjaranya dan kecelakaan maut itu tidak mengurangi popularitasnya sebagai politisi. Meski sempat mengurungkan niat mencalonkan diri jadi presiden, Ted Kennedy maju sebagai kandidat tahun 1980 tapi kalah oleh Jimmy Carter. Kedudukannya sebagai senator juga tidak tergoyahkan hingga ia wafat karena kanker tahun 2009. Presiden Obama pun memberi penghargaan dan puji-pujian bagi Ted Kennedy yang menjadi wakil rakyat selama 47 tahun. Kalau perjalanan politik Ted Kennedy di Amerika bisa mulus tanpa hambatan berarti dari kasus kecelakaan mautnya, bagaimana dengan Hatta Rajasa di Indonesia?
Harapan saya tentunya hukum ditegakkan dengan seadil-adilnya, meski sang anak yang terlibat. Itu kewajiban aparat pemerintah. Kewajiban warga negara adalah tidak memperkeruh suasana dengan opini-opini kosong, tidak bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H