Lihat ke Halaman Asli

Rasa dan Asa Seorang Wage

Diperbarui: 24 November 2017   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

W.R. Soepratman, sebuah nama yang sangat tidak asing didengar, bukan? Bahkan pada saat kita semasa kecil, nama ini adalah salah satu nama yang paling sering muncul di salah satu jawaban pilihan ganda. W.R. Soepratman yang anda kenal dan hormati adalah W.R. Soepratman yang seluruh Indonesia kenal dan hormati pula. Rasa nasionalismenya adalah jembatan dari bakatnya bermain musik menuju sebuah karyanya yang sekarang kita kenal sebagai lagu Indonesia Raya.

Beliau yang bernama lengkap Wage Rudolf Soepratman lahir pada tanggal 19 Maret 1903 di Samongari, Purworejo. Desa yang diyakini terbentuk oleh sisa-sisa laskar pasukan Pangeran Diponegoro dahulu. Kemudian ia tinggal di Makassar dengan keluarga kecil kakaknya, Roekijem dan suaminya yang berkebangsaan Belanda. 

Sebuah kota tempat ia mengembangkan suatu bakat yang ia dulunya tidak tahu ada. Wage Rudolf Soepratman belajar bermain musik (biola) dari kakak iparnya. Berawal dari bermain di cafhingga ia dapat bermain musik dan menggubah berbagai macam lagu. Dikembangkan dengan rasa nasionalisme yang tinggi, Wage Rudolf Soepratman berani menerima tantangan yang ia baca dari majalah Timbul. Menantang para musisi Indonesia untuk membentuk suatu karya besar, menulis lagu kebangsaan.

Lagu Indonesia Raya kemudian dibuat saat W.R. Soepratman di umurnya yang ke 21, di Bandung. Indonesia Raya lalu menunjukkan bibit kesuksesan pada saat Wage Rudolf Soepratman mempertunjukkannya secara instrumental di muka umum. Lagunya berhasil memikat perhatian para pejuang muda maupun tua di Kongres Pemuda II di Jakarta, 28 Oktober 1928. W.R. Soepratman lalu masih melanjutkan penulisan karya lagu untuk tanah sebelum beliau mengeluarkan nafas terakhirnya saat 17 Agustus 1938.

Kelebihan dari film ini adalah sebagai berikut. Pemeran utama dari film ini, Rendra Bagus Pamungkas, menuai banyak pujian karena W.R. Soepratman diperankan dengan sangat baik dan sesuai. Rendra mengakui bahwa untuk dapat memainkan peran W.R. Soepratman, ia mengutamakan pemaknaan rasa dan tidak menggunakan rasio. Karena sumber bayangan karakter W.R. Soepratman sangatlah sedikit (sumber: ANTARAnews). Tetapi film ini juga dapat membangkitkan para penonton untuk merasakan perjuangan melalui karya musiknya.

Sedangkan kekurangan film Wage adalah kurangnya detil-detil yang diberikan film atas hasil tulisan W.R. Soepratman sebagai jurnalis sehingga ia membuat marah pihak Belanda dan dikejar-kejar oleh polisi. Selain itu, agar dapat memperlihatkan film yang berurutan kronologinya, film Wage ini cenderung memiliki alur yang lambat dan lagi-lagi kurang memiliki detil untuk menjelaskan betapa marahnya Belanda kepada W.R. Soepratman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline