Gaya Hidup Sedenter (Mager) sebagai Tren bagi Generasi Muda
Mager atau malas gerak kini menjadi sebuah tren di kalangan anak muda. Hal ini dipicu oleh perkembangan teknologi yang memudahkan setiap pekerjaan sehingga merubah pola perilaku manusia. Fenomena ini diperparah dengan masa pandemi yang membuat manusia terbiasa melakukan berbagai hal di rumah. Selain itu, gaya hidup dengan mobilitas rendah, seperti pada mahasiswa dan pekerja kantoran yang banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dengan posisi duduk menjadi penyebab kurangnya mobilitas manusia di era sekarang. Kebanyakan pekerja kantoran menghabiskan 8-10 jam waktunya perhari hanya untuk duduk di depan komputer atau rapat.
Berdasarkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, perilaku sedenter adalah perilaku duduk atau berbaring sepanjang hari, di luar waktu tidur. Contoh perilaku ini adalah duduk terlalu lama di depan komputer, menonton TV, menggunakan gawai selama berjam-jam, atau bahkan menggunakan kendaraan bermotor untuk bepergian pada jarak yang pendek. Seluruh aktivitas ini mencerminkan gaya hidup yang kurang aktif. Hal ini dapat berdampak serius pada kesehatan dan perlu dihindari. Bahkan, terdapat sebuah fakta mengejutkan bahwa 28% kematian saat ini diakibatkan penyakit kronis yang dilatarbelakangi oleh gaya hidup sedenter.
Bahaya di Balik Gaya Hidup Sedenter
Manusia diciptakan untuk melakukan aktivitas dengan posisi berdiri. Berbagai sistem dalam tubuh akan bekerja lebih baik dengan berdiri, seperti sistem kardiovaskular dan sistem pencernaan. Dengan berbagai aktivitas, otot dan tulang juga terus semakin kuat sehingga meningkatkan endurance tubuh. Sebaliknya, efek kurangnya aktivitas dapat kita lihat pada pasien rawat inap di rumah sakit. Kebanyakan dari mereka akan mengalami masalah pencernaan dan otot yang mengecil.
Tubuh yang tidak aktif dan duduk terlalu lama dapat membuat otot kaki semakin lemah. Apabila otot semakin lemah, kemungkinan terjadinya cedera akan semakin tinggi. Kurangnya gerak dapat pula meningkatkan risiko osteoporosis karena tulang kehilangan kekuatan untuk menopang tubuh. Selain itu, kurangnya aktivitas dapat menghambat metabolisme. Energi yang didapat dari makanan tidak digunakkan dengan maksimal, akibatnya energi masuk lebih besar dibandingkan dengan energi keluar. Hal ini dapat meningkatkan berat badan dan menimbulkan gangguan metabolik, seperti obesitas dan diabetes melitus. Obesitas terjadi karena kalori yang disimpan dalam tubuh berlebihan dan diubah menjadi lemak. Metabolisme yang buruk juga dapat membuat tubuh kehilangan kemampuannya untuk mengontrol glukosa dalam darah sehingga meningkatkan risiko diabetes melitus.
Sistem lain yang dapat terganggu akibat aktivitas fisik adalah sistem sirkulasi. Sirkulasi darah yang buruk karena kurangnya pasokan oksigen dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Pada wanita risiko tersebut dapat meningkat sebanyak 28% dan pada pria sebanyak 52%. Penurunan aktivitas dapat pula meningkatkan risiko berkembangnya jenis kanker payudara, usus besar, dan tumor ganas. Semakin lama tubuh tidak bergerak maka risiko terkena berbagai masalah kesehatan akan semakin meningkat. Berdasarkan WHO, risiko kematian orang dengan aktivitas fisik terbatas meningkat 20-30% jika dibandingkan dengan orang yang aktif. Bahkan, kurangnya aktivitas fisik menjadi penyebab kematian nomor 4 di dunia. Gaya hidup malas ini merenggut nyawa dua juta orang setiap tahunnya.
Cara Menghindari Gaya Hidup Sedenter
Aktivitas fisik rutin, seperti berjalan kaki dan berolahraga dapat membuat manusia terhindar dari berbagai masalah kesehatan. Aktivitas fisik dapat meningkatkan kebugaran tubuh, meningkatkan kekuatan otot, melancarkan sirkulasi darah, dan membuat metabolisme tubuh dapat bekerja dengan baik. Namun, permasalahan yang dimiliki generasi muda saat ini adalah kurangnya waktu untuk berolahraga di tengah padatnya kesibukan. Ternyata, beberapa hal kecil dapat dilakukan untuk membuat tubuh lebih aktif.
Modifikasi kebiasaan mager dapat dilakukan dengan berjalan, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum untuk bepergian. Bila harus menggunakan kendaraan karena jarak yang jauh, parkirlah sejauh mungkin dan berjalan ke tujuan. Selain itu, hindari penggunaan lift atau eskalator, pakailah tangga untuk naik ke lantai atas. Ketika menerima telepon, berdiri dan berjalanlah. Lalu, cobalah melakukan aktivitas menonton, mendengarkan musik, membaca buku atau bermain gawai dengan berdiri dan berjalan. Apabila aktivitas banyak dilakukan di dalam rumah, membereskan dan membersihkan rumah dapat pula menjadi cara untuk lebih aktif bergerak.
Mengubah kebiasaan untuk meningkatkan mobilitas tubuh bukanlah hal yang mudah. Tentunya, berolahraga sangat dianjurkan untuk rutin dilakukan di tengah-tengah kesibukan. Kemenkes merekomendasikan untuk berolahraga 30 menit setiap hari. Namun, apabila jadwal sudah sangat padat, langkah-langkah sederhana dapat dilakukan untuk menghindari efek buruk gaya hidup sedenter. Dengan bergerak lebih aktif, fungsi tubuh dapat terus dijaga dan risiko berbagai penyakit kronis dapat dihindari. Oleh karena itu, mari menghindari mager dan bergerak lebih produktif untuk menjaga kesehatan diri.
Referensi
ayosehat.kemkes.go.id. (2023). Mengatasi Ancaman Sedentary Lifestyle untuk Kesehatan. [online] https://ayosehat.kemkes.go.id/mengatasi-ancaman-sedentary-lifestyle-untuk-kesehatan.