Lihat ke Halaman Asli

Carni Trisnawati

Praktisi Pendidikan, Speaker, Juru Kisah/ Pendongeng, MC

My Diary 5 (Keseeel...)

Diperbarui: 26 November 2024   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Dear Diary,

Rasa tidak nyaman yang kualami kemarin masih membekas pagi ini. Walau akhirnya aku bertemu Adi, tapi ada sesuatu yang terjadi. Kemarin memang ada 2 rapat penting CEO  bersama tim R&D dengan steakholder yang terlibat.  Entah kenapa tiba-tiba muncul rasa cemburu yang buat aku merasa kurang nyaman dalam rapat yang kedua. Adi yang menyadari gesture dan perubahan sikapku, akhirnya mengajakku bicara.

"Kenapa lagi?" "gapapa.." (dengan sambil membereskan lap top juga perlengkapan lainnya dan juga jaket) "Simpan! kita biacara di luar" Adi menarik tanganku ke luar, aku yang berusaha melepaskannya, tetapi dia mempererat genggaman tangannya. 

Sebelum air mata ini mengalir, aku segera mengeluarkan sebuah kata "jealous" "Lhoo..dia kan temanmu, kok bisa? lagian aku ga ngapa-ngapain..ga ngomong apa-apa juga" "tadi kamu berinteraksi dengan dia, dan itu bikin aku sakit tau?" "Ya ampun kok bisa sihh.."(Adi menatapku dengan tatapan tajam, tanpa sedikitpun mengalihkan tatapannya dariku). "Ga ada temen, sodara aja bisa jadi maut" "Triss...kamu ga percaya sama aku?" aku ga menjawab pertanyaannya "Liat mata aku..liat!" Adi memegang pipiku agar aku bisa melihat matanya. Aku ga bisa melepaskan tangannya dari pipiku. Aku enggan melihat matanya "Lihat sini! ini perintah, bukan permintaan!" Akhirnya aku memaksakan diri menatap matanya. "Percaya aku, Love you". Karena aku mulai memberontak, Adi segera memegang tanganku dengan kuat. Akhirnya aku menunjuk hatiku dan berkata "sakit" dan air mataku sudah tak terbendung lagi saat itu. Adi langsung mengelus kepalaku dan berkata "maaf". Dia menenangkanku sambil tak melepaskan genggaman tangannya.  

Setelah tenang aku bilang "boleh aku minta sama Tuhan?" "apa?" "Boleh ga di kehidupan mendatang aku bersatu sama kamu?" "Boleh" suara adi bergetar menjawab pertanyaanku, yang sebenarnya bukan untuknya. 

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Entah apa yang terjadi padaku,aku bisa menjadi setantrum itu kalau sudah cemburu. Apa sebaiknya aku tidak  bertemu dalam waktu yang cukup lama? tapi apakah aku sanggup menahan kerinduan yang lama? sementara melihat dan berada didekatnya aku senang dan merasa nyaman. "hupphhh"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline