Lihat ke Halaman Asli

Carni Trisnawati

Praktisi Pendidikan, Speaker, Juru Kisah/ Pendongeng, MC

My Diary 3 (Aku Pasrah akan Takdir )

Diperbarui: 24 November 2024   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Dear Diary,

Hari ini walaupun weekend tapi jadwal aku untuk menjalankan tugasku sebagai penanggung jawab EO Sidang Munaqosyah Skripsi Terbuka di salah satu kampus swasta di daerah Bandung yang menjadi almamaterku selama 4 tahun lalu. Aku diberikan kepercayaan itu karena Waket 1 setelah kami sharing terkait pelaksanaan kegiatan tersebut beberapa waktu yang lalu. Aku menjalaninya dengan senang hati, karena pada dasarnya aku menyukai organisasi sejak kecil. 

Curah hujan yang cukup tinggi akhir-akhir ini mengakibatkan banjir dimana-mana, termasuk jalan menuju kampusku, yang menempuh 1 jam perjalanan, dengan kondisi tersebut aku memutar rute hingga menjadi 2 kali lipat dari waktu tempuh normal. Saat sudah dipertengahan jalan tiba-tiba motorku terhenti karena rantenya putus. Aku segera turun untuk mendorongnya ke pinggir. "teett.." suara klakson Bus mengagetkan aku dari belakang, aku yang terus berusaha mendorong buka suara "ga bisa maju pa, ini rantenya nyangkut". akhirnya ada seseorang yang  menolongku mendorong dengan susah payah. Lalu kemudian setelah ke pinggir ada seseorang yang lain yang turut membantu melepaskan rante dari himpitan gir, sehingga motor bisa ku dorong ke bengkel terdekat.  Di bengkel kecil itu ternyata tak cukup tersedia perlengkapannya, sehingga aku disarankan untuk membeli dari tempat lain. karena ternyata di tempat terdekat tidak ada barannya maka akhirnya aku mencoba menelpon Daren (Tunanganku yang dijodohkan orang tuaku) "Halo Kak Daren" "Iya Tris, ada apa?" "Motor aku ada dibengkel nih, boleh aku minta tolong?" "lho kok ada di bengkel, kenapa?" "Boleh aku ceritanya nanti? aku perlu rante motor type 420 segera ya" "Oh ya udah entar aku cariin ya" "Makasih ya kak"

telpon aku tutup, dan aku segera naik angkot untuk pergi ke ATM terdekat karena aku ga pegang uang cash. Diluar dugaan, ATM nya rusak dan aku coba cari solusi untuk mendapatkan ATM yang terdekat  dari sana, tetapi tiba-tiba seorang Bapak yang sama hendak menarik uang di ATM itu menawarkan tumpangan ke ATM terdekat. Aku pun dengan senang  hati menyanbut ajakannya karena uang yang aku pegang tidak lebih dari Rp. 5.000,- lagi. 

Pas aku tiba, ternyata motorku sudah selesai diperbaiki, dan akhirnya aku  memberi kabar ke Kak Daren agar tidak jadi ke bengkel tempat aku berada. Tapi saat aku telpon dan chat kak Daren tidak mengangkat dan membalasnya, "ah mungkin dia lagi dijalan". Aku tak menghiraukannya dan segera pergi ke kampus setelah memberi kabar melalui chat. 

Hari ini Tuhan kirimkan 5 orang untuk menolongku pagi ini, tak lupa aku mengucapka  terima kasih kepada mereka semua (orang baik yang dengan sukarela menolong). Karena pada saat aku menelpon beberapa teman mereka tidak mengangkat telpon dan bahkan tidak bisa membantuku saat itu. Maka akhirnya aku sadar satu sal, kalau kita akan kecewa saat bergantung pada makhluk. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline