Makanan manis merupakan salah satu jenis makanan yang umumnya disukai oleh banyak orang. Setiap hari kita mengkonsumsi gula dalam bentuk masakan melalui bumbu yang digunakan dalam makanan tersebut.
Tidak hanya cocok sebagai cemilan ataupun hidangan penutup, makanan manis juga dapat meningkatkan mood bagi beberapa orang. Makanan manis sendiri adalah sejenis makanan dengan kandungan gula tinggi. Di masa modern saat ini, peranan gula sebagai pemanis makanan seringkali digantikan oleh pemanis buatan.
Istilah sweet tooth sering digunakan dalam merujuk orang-orang yang menyukai makanan manis. Namun, karena makanan manis sering mengandung gula yang tinggi maka mereka yang mempunyai sweet tooth perlu berhati-hati dalam mengonsumsi jumlah makanan manis.
Sesuatu yang manis di mulut tentunya tidak selamanya memiliki dampak yang manis juga, Makanan manis selain memiliki nutrisi yang rendah juga mempunyai kalori yang tinggi.
Mengonsumsi makanan manis akan meningkatkan kadar gula darah yang disebabkan oleh kandungan karbohidrat atau gula yang ada dalam makanan tersebut (Nurrahmani, 2012).
Salah satu faktor penting dalam mengantur konsumsi makanan manis dan kadar gula dalam darah adalah pola makan. Jurnal-jurnal kesehatan dan publikasi ilmiah telah menginformasikan bahwa mengkonsumsi gula secara berlebihan dapat menimbulkan masalah kesehatan, utamanya yang berkaitan dengan penyakit Diabetes Melitus (TM, Emirfan, 2011).
Alasan masyarakat mengkonsumsi makanan manis, antara lain karena menyukai cita rasa manis, rasa kenyang lebih cepat, ataupun karena mengikuti orang lain dalam pemilihan makanan manis yang biasanya populer sehingga menyebabkan kecanduan dalam mengkonsumsi makanan manis. Alasan lainnya adalah banyak makanan manis yang memiliki harga murah namun tetap terasa lezat.
Masalah Makanan Manis Di Indonesia
Seorang ahli gizi Professor John Judkin dari Universitas London mengatakan bahwa penyakit diabetes, jantung, artherosclerosis dan hipertensi disebabkan karena mengonsumsi gula. Hal tersebut dikatakannya karena setelah mempelajari statistik dari 41 negara, terlihat bagaimana peningkatan konsumsi gula di negara-negara yang maju sejalan pula dengan peningkatan penyakit tersebut (Kuntaraf J, Kuntaraf Kathleen Liwijaya, Budiati Winarti. 2003).
Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2013 dan 2018, terjadi peningkatan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia yang disebabkan dari mengkonsumsi makanan manis berlebihan, salah satunya adalah diabetes mellitus (DM) tipe 2 dari 1,5% menjadi 2,0.
Peningkatan konsumsi gula yang berlebihan tentunya akan berdampak buruk bagi kesehatan. Peningkatan jumlah ini dapat menyebabkan masalah pada pria, seperti peningkatan kadar estradiol, penurunan tingkat testosteron, dan mempengaruhi kehidupan seks mereka.