Oh ... Great spirit grant me
The serenity to accept the thing I cannot change
The Courage to change the thing I can
And The Wisdom to know the different
-NN-
Siang itu tiba-tiba Gyas diperintahkan untuk menghadap Ibu Buchori. Pemanggilan Gyas diumumkan melalui speaker sehingga seluruh Patrion dapat mendengar. Ibu Buchori, guru Matematika yang konon terkenal killer. Konon, karena kelas Gyas belum mendapat jatah ajar beliau. Beliau khusus mengajar kelas senior untuk memantapkan menghadapi ujian kelulusan.
Setelah lima belas menit di ruangan Ibu Buchori, Ibu Atik datang menghampiri Gyas yang sedang menunggu dengan gelisah.
"Nak Gyas, Ibu Buchori mendadak dipanggil Pak Kepsek. Tadi memang beliau berpesan untuk ditunggu. Tapi barusan beliau WA ibu, katanya ditinggal saja. Urusannya belum selesai." Kata Bu Atik sambil seolah-olah membaca pesan dari Ibu Buchori.
Gyas menanggapinya dengan ternganga. Aneh sekali. Tapi Gyas tidak mau ambil pusing. Olive tadi sempat menduga-duga. Pemanggilan Ibu Buchori biasanya ditujukan untuk kaum perusuh atau para pelanggar peraturan. Menurut Gyas itu lebih baik. Jika begitu, berarti rencana meninggalkan Patrion didukung penuh oleh semesta.
Seketika Gyas memutuskan pamit tanpa mengorek sedikit pun keterangan demi memenuhi rasa penasaran kenapa dirinya dipanggil. Setelah mengucapkan terima kasih, Gyas buru-buru keluar.
Saat ini Gyas lebih memikirkan untuk bisa datang ke GOR seceopatnya. Jam tiga Gyas berjanji untuk datang ke GOR. Sekarang waktu menunjukan pukul tiga kurang empat puluh lima menit. Artinya dia hanya punya lima belas menit untuk datang ke GOR dengan jarak lebih dari 5 KM dari Patrion. Harus ditempuh angkot pula.