Lihat ke Halaman Asli

Kerusuhan Mei 1998, Di Mana Nilai Kemanusiaan?

Diperbarui: 30 November 2018   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kerusuhan Mei 1998, Di Manakah Nilai Kemanusiaan?

Caroline Carisa Wijaya XIE/03

Rentetan peristiwa menyeramkan dan menyedihkan yang bergulir pada Mei 1998 pasti masih sangat membekas bagi sebagian masyarakat Indonesia. Pada masa itu, suasana sangat mencekam dan mengerikan.

Kerusuhan Mei 1998 tidak sesuai dengan Pancasila sila ke 2 yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab." Makna dari sila kedua ini adalah bagaimana manusia dapat memanusiakan manusia dan mengakui adanya persamaan derajat antar manusia. Namun yang terjadi di Indonesia saat itu adalah penindasan pihak tertentu hingga demo yang berujung memakan korban. Hal ini tentu saja sangat bertentangan dengan bunyi sila kedua Pancasila.

Berawal dari runtuhya ekonomi krisis finansial Asia 1997, terjadilah penurunan rupiah terhadap dolar dan kenaikan harga bahan pangan. Hal ini menimbulkan aksi protes terhadap pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Salah satu aksi protes yang cukup terkenal sering disebut Tragedi Trisakti. Aksi protes yang dilakukan dalam bentuk demo ini dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa Universitas Trisakti dan memakan nyawa 4 orang mahasiswa Trisakti.

Kerusuhan Mei 1998 juga merupakan peristiwa yang teramat menyakitkan bagi etnis Tionghoa Indonesia. Berbagai bentuk penindasan ditunjukkan kepada mereka. Penindasan ini terjadi akibat provokasi beberapa pihak yang mengatakan bahwa etnis Tionghoa lah penyebab krisis ekonomi yang terjadi saat itu. 

Anggapan ini didukung oleh masyarakat karena etnis Tionghoa yang datang ke Indonesia dijadikan pemungut pajak dan juga sebagai perantara dagang. Hal ini menimbulkan sentimen negatif bahwa etnis Tionghoa telah melakukan penindasan dan pengambil-alihan kekuasaan di Indonesia. Akhirnya Presiden Soeharto turun jabatan dan peristiwa itu berlalu begitu saja.

Menurutku, saat itu pemerintah Indonesia tidak bisa bertindak tegas pada masyarakatnya sendiri. Seharusnya pemerintah saat itu bisa menangani kegelisahan rakyat dan meredam isu-isu yang ada sehingga tidak terjadi peristiwa yang sangat tidak berperikemanusiaan itu. Bercermin dari peristiwa 1998 itu, pemerintah Indonesia sekarang harus bisa lebih tegas dan lebih menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline