Komunikasi terapeutik adalah bentuk komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan, dengan fokus utama pada kesembuhan pasien. Ini melibatkan hubungan interpersonal yang mendalam antara tenaga kesehatan dan pasien, di mana komunikasi ini membantu dalam memperjelas dan mengurangi beban perasaan serta pikiran pasien (Ngalimun, 2019). Komponen utama dari komunikasi terapeutik meliputi elemen verbal dan nonverbal. 1). Komunikasi verbal mencakup penggunaan kata-kata yang jelas dan tepat untuk menyampaikan informasi dan mendukung pasien dalam proses penyembuhan. 2). Sementara itu, komunikasi nonverbal melibatkan ekspresi wajah, kontak mata, bahasa tubuh, dan intonasi suara yang dapat memperkuat pesan verbal dan membantu menciptakan hubungan saling percaya antara tenaga kesehatan dan pasien (Ngalimun, 2019). Kedua komponen ini harus digunakan secara efektif untuk mencapai tujuan terapeutik dan memastikan bahwa pasien merasa didengar dan dipahami.
Peran komunikasi terapeutik penting dalam mendorong proses penyembuhan pasien dan memecahkan masalah yang dihadapi pasien. Dengan cara yang benar, komunikasi terapeutik dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan serta membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi (Philip et al., 2024). Misalnya, di ruang bersalin, komunikasi antara bidan dan pasien dimulai dengan memberi salam sapaan untuk menunjukkan identitas diri bidan sebagai perkenalan awal, menanyakan biodata pasien, serta melakukan pemeriksaan awal. Tindakan ini membantu tenaga kesehatan dalam menentukan langkah selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien, sehingga mendukung proses penyembuhan yang efektif.
Selain itu, komunikasi terapeutik sangat penting dalam membangun hubungan yang efektif dan saling percaya antara tenaga kesehatan dan pasien. Kualitas layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan yang terjalin melalui komunikasi terapeutik. Jika tenaga kesehatan tidak memperhatikan hubungan ini, maka komunikasi tersebut tidak akan memberikan dampak terapeutik yang membantu proses kesembuhan pasien. Oleh karena itu, membangun hubungan saling percaya melalui komunikasi terapeutik adalah esensial untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelayanan kebidanan (Philip et al., 2024).
Tantangan dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik sering kali melibatkan batasan pengetahuan dan penggunaan komunikasi sosial yang tidak tepat. Sebagian tenaga kesehatan mungkin memiliki pengetahuan yang kurang memadai tentang prinsip- prinsip komunikasi terapeutik, yang dapat menghambat efektivitas interaksi mereka dengan pasien (Benu & Kuswanti, 2016). Selain itu, penggunaan komunikasi sosial yang tidak tepat, seperti berbicara dengan nada yang tidak sesuai atau tidak memperhatikan bahasa tubuh pasien, dapat mengganggu proses komunikasi terapeutik yang seharusnya mendukung penyembuhan pasien.
Referensi :
Benu, S. M., & Kuswanti, I. (2016). Pengetahuan Bidan Tentang Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Kebidanan. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 7(2).
Ngalimun. (2019). Komunikasi Terapeutik Bidan dan Pasien Pasca Melahirkan Operasi Pada Rumah Sakit Muhammadiyah Palangka Raya. Jurnal Terapung: Ilmu-Ilmu Sosial, 1(2), 121--133.
Philip, R. L., Selvia, A., & Haryati, S. D. (2024). Hubungan Komunikasi Terapeutik Bidan Terhadap Kepuasan Pasien Bersalin Di Pmb 'N' Kota Batam Tahun 2024. Jurnal Kesehatan Unggul Gemilang, 8(9).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H