Partai Solidaritas Indonesia yang baru saja di gaungkan sebagai partai anak milenial dengan semangat idealisme generasi muda, memang sedang naik daun. Meski baru seumur jagung, kiprah para politkusnya yang sering muncul di media, sering membuat beberapa kalangan politikus senior kebakaran jenggot.
Meski tidak semua politikus senior punya jenggot dalam arti yang sebenarnya, kritikan dan tanggapan yang di buat kader PSI sangat mudah viral di generasi milenial, yang kadang membuat kuping panas bagi yang merasa.
Kehadiran PSI dengan spirit dan kekuatan yang masih baru, pada kenyataannya memang tidak bisa di remehkan. Selalu saja ada topik hangat yang bisa dijadikan mereka untuk melakukan kritik.
Sosok anak muda, Raja Juli Antoni yang juga masih terbilang muda, namun sering membuat panas kuping yang mendapat kritikan.
Belum lama ini, kritikan juga dilayangkan untuk capres no urut satu, Prabowo Subianto. Dimana dalam pidato tentang Tampang Boyolali, Raja Juli Antoni menyesalkan cara penyampaian yang menggunakan muka rakyat sebagai bahan becandaan dan lelucon untuk umum.
Kritikan Raja Juli Antoni ini bukan hal baru dilakukan, sebelumnya ia pernah mempopulerkan kayak rombongan sirkus, mulai deh drama, dan komentar lainnya.
Dilansir media nasional (05/11/2018), Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Raja Juli Antoni menganggap biasa saja dan malah terlihat santai sambil senyum atas pelaporan dirinya kepada Bawaslu oleh orang yang menamakan Solidaritas Advokat Penjaga Demokrasi. Dimana dalam laporan kepada Bawaslu, ia dituduh melakukan ucapan yang di duga memprovokasi Prabowo, pasangan nomor urut dua.
Meski Raja Juli Antoni mendapat tuduhan yang disebutkan oleh orang tersebut, dirinya tetap menghormati pengaduan yang di sampaikan ke Bawaslu.
"Kita hormati jerih payah yang sudah mereka lakukan dengan melaporkan saya. Silahkan saja lapor, tugas kami menghormati dan jangan sampai di jadikan lelucon dalam bentuk ketawaan karena bikin laporan mengada ada.".
Namun dirinya menilai bahwa tindakan pelaporan yang mengada- ada, bisa juga menjadi pelapor terlucu sepanjang sejarah pemilu Indonesia.
Pada kesempatan itu juga, Raja Juli Antoni malah menduga pelaporan yang dilakukan tersebut, bukan untuk menjaga demokrasi Indonesia, tetapi bentuk pembelaan terhadap Prabowo.