Lihat ke Halaman Asli

PKS yang Dulu Gagah, Seperti Sudah Kelelahan, Gejala Sakit Belum Sembuh?

Diperbarui: 31 Oktober 2018   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber istockphoto.com)

Nama Partai Keadilan Sosial (PKS) yang dikategorikan selevel "bayi" pada tahun pertama masuk dunia politik, semula tidak begitu menarik perhatian banyak partai politik besar yang telah malang melintang di Indonesia. Awal mulanya PKS yang menggunakan nama Partai Keadilan tersebut, menonjolkan semangat dakwah dan antikorupksi.Muncul sebagai partai berbasis partai Islam bersama partai Islam lainnya untuk merebut suara masyarakat yang sudah ada terlebih dulu, pada Pemilu 2009 hasil yang tak terduga saat Komisi Pemilihan Umum resmi mengumumkan perolehan suara masing-masing partai politik, PKS mampu menduduki posisi ke 4 besar di bawah Demokrat, Golkar dan PDIP.

Hasil perolehan suara yang berhasil di dapat tahun 1999, PKS mampu mengumpulkan suara sebanyak 8.206.955, melewati Gerindra dan PAN yang masing masing ada di posisi 8 dan 5. Namun kedigdayaan partai PKS semakin menurun dan suaranya tidak lagi menarik seperti dulu. Pencapaian partai Gerindra dan PAN di tahun 2014, justru lebih besar suaranya jika dibandingkan dengan yang di dapat PKS.

Partai PKS yang sedang mekar, selain tidak mampu perolehan suara yang lebih banyak di tahun 2014. Berita PKS tersangkut badai korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi tahun 2013, menjadi salah satu penyebab kekecewaan pemilihnya. Ketika itu, Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq terlibat kasus suap daging impor.

Jika mengibaratkan PKS sebagai seseorang pemuda. Masa keemasan partai ini di tahun 2009, seperti pemuda idaman untuk di lirik oleh gadis di sekitarnya.

Selain korupsi, Kisruh lain yang makin melemahkan sosok pemuda gagah yang sangat mempengaruhi tubuhnya, yakni rebutan kekuasaan yang terjadi dalam internal partainya. Perpecahan yang terjadi seperti penyakit menular dalam PKS yang tidak pernah selesai tersebut, banyak tokoh sentral yang semula berjuang di dalam PKS mulai di singkirkan. Di antara beberapa nama yang digeser dari posisi strategis seperti Anis Matta, Fahri Hamzah, mahfud Siddiq dan lainya.

Kini bisa di bilang PKS menjadi seorang pemuda yang sedang sakit parah, di tambah berita mundurnya pengurus wilayah dan kader lainnya menjelang pilpres dan pileg 2019 nanti, karena adanya "tekanan" kepada seluruh pengurus dan kadernya.

Beberapa tanda yang dapat dilihat dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat yang lalu, juga tidak mendapatkan hasil sama sekali dalam pemilihan Gubernur. Padahal sejarah sebelum, Jawa Barat sudah di pimpin oleh kader PKS selama dua periode.

Penderitaan Partai Keadilan Sosial mungkin belum berakhir hingga tahun 2019. Di Jakarta sendiri, PKS tampaknya mulai di singkirkan untuk mendapatkan jabatan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Partai Gerindra sendiri, sepertinya enggan memberikan kursi gratis tersebut dengan mengusung kedua nama yang berasal dari PKS.

Selama masih bernapas, mungkin saja PKS mencoba untuk memperoleh kursi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sebab, belum lama ini PKS DPRD DKI Jakarta, mengeluarkan ancaman mengenai posisi Wagub DKI jika PKS tidak mendapatkannya.

Kini muncul pertanyaan dalam hati, mampukah PKS yang sudah semakin lemah dalam dukungan pengurus wilayah, kehilangan kader, sedikit logistik dan dana untuk tetap kembali menjadi pemuda yang gagah?

Sumber

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline