Lihat ke Halaman Asli

Seribu Bunga Untuk Ahok Picu Sejuta Bunga Untuk Anies

Diperbarui: 27 April 2017   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Balaikota DKI tak mampu menampung kiriman karangan bunga untuk Ahok. Barisan karangan bunga sampai meluber ke trotoar jalan depan balaikota.

Ini kejadian yang baru pertama kali terjadi di Indonesia, ada cagub petahana kalah pilgub dibanjiri ungkapan simpati berupa ribuan karangan bunga.

Apakah para gubernur DKI terdahulu tidak sehebat Ahok sehingga mereka ketika lengser tidak dibanjiri karangan bunga? Sebenarnya bedanya tak terlalu jauh. Cuma jaman dulu budaya pamer diri untuk eksis belum merebak karena gadget belum tersedia.

Hanya masyarakat jaman sekarang saja yang suka heboh akibat pengaruh era komunikasi medsos. Penyakit laten latah masyarakat Indonesia terpicu gencarnya pemberitaan media. Begitu ada satu pendukung baper patah hati dan tak mau muvon kirim karangan bunga, yang lain ikut-ikutan.

Seribu karangan bunga bila satu harganya sejuta berarti semilyar rupiah dikirim ke balaikota, yang nanti akan menjadi sampah dan merepotkan PPSU untuk membersihkannya.

Coba uangnya disumbangkan ke orang miskin, atau panti asuhan, atau dihadiahkan untuk sangu Ahok yang rencananya nanti selesai menjabat gubernur DKI akan jalan-jalan sekeluarga. Bukankah lebih bermanfaat?

Membanjiri Ahok dengan seribu bunga sepertinya hanya upaya unjuk rasa para pendukungnya, untuk menyampaikan pesan ke publik bahwa Ahok istimewa. Sekedar sikap tak mau menerima kekalahan dengan cara yang mubasir.

Tapi tanggapan lembut datang dari cawagub yang menang, Sandiaga. Banjir karangan bunga untuk Ahok itu bagus, menggairahkan bisnis karangan bunga. Imbasnya ke para petani bunga juga di daerah pertanian Jabar, yang kebanyakan pasti orang pribumi. Jadi tak ada istilah mubasyir.

Bila ada tanggapan sinis dari pendukung lawan Ahok tentang gerakan banjir bunga itu, paling berasal dari kalangan garis keras Islam yang selalu terdepan dalam setiap demo berkode angka mistik kemaren.

Dan sebenarnya jumlah pendukung Anies yang bergaris keras seperti itu jumlahnya hanya sedikit saja. Hanya seperti buih-buih di atas ombak, seperti kata Mahfud MD semalam di ILC Karni Ilyas.

Jutaan pendukung Anies lainnya meski beragama Islam juga tapi kebanyakan berperikehidupan normal-normal saja. Doyan makan coklat, suka mendengar musik yang merdu, dan tak anti karangan bunga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline