Lihat ke Halaman Asli

Teori Myrdal: Ketimpangan Pembangunan di Indonesia

Diperbarui: 11 Desember 2022   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekonomi pembangunan sangat identik dengan perencanaan pembangunan dan juga sebaliknya. Mahyudi (2004) mendefinisikan ekonomi pembangunan sebagai cabang ilmu dari ekonomi yang memiliki tujuan menganalisis masalah yang dihadapi hingga mendapatkan metode guna menyelesaikan masalah dalam pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang sehingga proses pembangunan menjadi cepat dan baik.

Dalam suatu wilayah, kerap terjadi ketimpangan sosial ekonomi terutama pada negara-negara berkembang terutama di Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena suatu daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi dengan intensitas yang berbeda hingga menyebabkan disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah. Contoh kecil dari ketimpangan sosial yang disebabkan oleh faktor kemiskinan dan faktor perbedaan status sosial yaitu peradilan yang lebih memihak orang kelas atas dibandingkan kelas bawah dalam menjatuhkan hukuman.

Tidak hanya berkaitan dengan indikator ekonomi namun juga berkaitan dengan indikator sosial. Seorang ahli ekonomi dan politikus asal Swedia, Karl Gunnar Myrdal berpendapat bahwa pembangunan cenderung lebih banyak menekankan pada aspek sosial, yang mana betapa pentingnya mengurangi kemiskinan, tingkat pengangguran, dan ketidak merataan distribusi pendapatan. Oleh karena itu, pembangunan harus ditujukan kepada perluasan kesempatan kerja dan pemerataan distrubusi pendapatan.

Dalam proses pembangunan di negara berkembang, terdapat faktor luar negeri yang dapat menjadi hambatan, yang mana berkaitan dengan hubungan politik dan ekonomi. Salah satu yang menghambat proses pembangunan di negara berkembang ialah sebab akibat komulatif. Teori ini dikemukakan oleh myrdal yang membahas tentang sebab-sebab yang memperparah perbedaan pada tingkat pembangunan di berbagai daerah dalam suatu negara. Fungsi lain dari teori ini dapat menjelaskan tentang sebab-sebab terjadinya perbedaan pembangunan antar negara-negara miskin dengan negara-negara kaya yang semakin melebar.

Myrdal tidak sependapat dengan teori klasik yang menyebutkan bahwa dalam jangka panjang mekanisme pasar akan menciptakan pembangunan yang seimbang diantara berbagai daerah dan negara, karena menurutnya dalam proses pembangunan terdapat faktor-faktor yang berpotensi memperburuk perbedaan tingkat pembangunan diantara berbagai daerah salam sebuah negara. Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari berlakunya suatu proses sebagai akibat komulatif (circular cumulative causation).

Menurutnya, terdapat dua akibat yang ditimbulkan sehubungan dengan pembangunan yang dilakukan negara maju yaitu Backwash Effect dan Spread Effect. Konsep Backwash Effect pada dasarnya menjelaskan jika terdapat wilayah sedang bertumbuh, maka akan menyebabkan orang, modal manusia, serta modal fisik (infrastruktur, keuangan, mesin dll) dari daerah lain akan tertarik masuk kedala pusat sehingga dapat menimbulkan hambatan yang lebih besar kepada daerah yang lebih terbelakang untuk berkembang. Sebagai contoh Jabodetabek menjadi pengembangan pusat industri di Jawa sehingga menyebabkan orang, modal manusia, serta modal fisik akan bergerak ke Jabodetabek.

Spread effect merupakan efek penyebaran pembangunan dari suatu pusat pertumbuhan ke daerah sekitarnya (tetangga) atau dapat juga diartikan kondisi dimana aliran penduduk, modal, serta barang dan jasa dari wilayah maju ke wilayah terbelakang dan sebaliknya cenderung menguntungkan wilayah maju dan menekan kegiatan ekonomi di wilayah terbelakang sehingga terjadi keseimbangan pembangunan wilayah.

Dari kedua efek tersebut, Myrdal berpendapat bahwa efek yang paling kuat adalah backwash effect yang mana pembangunan di daerah kaya lebih banyak menghambat daerah miskin untuk dapat berkembang atau dengan kata lain akibat pembangunan di daerah kaya, daerah miskin semakin miskin. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya jurang yang lebar dalam pembangunan antara daerah kaya dengan miskin yang makin lama semakin lebar. Hal ini jelas kurang menguntungkan bagi suatu negara, sebab jurang perbedaan yang semakin lebar sangat rawan untuk terjadinya kecemburuan sosial yang pada akhirnya dapat menimbulkan ketidakpuasan bagi masyarakat yang merasa diperlakukan tidak adil.

Akan tetapi perbedaan pembangunan ini akan berkurang bila daerah kaya sudah menjadi sangat berkembang, hingga akan muncul disekonomis ekstern (external diseconomies) terhadap berbagai perusahaan dan industri, yang terutama ditimbulkan oleh kongesti-kongesti yang terjadi di daerah yang lebih maju. Hal ini akan menciptakan kegiatan ekonomi di daerah-daerah lain yang belum berkembang, sebab di daerah yang maju sudah terjadi kejenuhan atau juga mahalnya ongkos produksi.

Teori myrdal memiliki kelemahan yaitu tenaga kerja secara bebas mengalir dari satu negara ke negara lain adalah sulit untuk diterima. Kenyataannya pada saat ini pengaliran tenga kerja dari satu negara ke negara lain tidak semudah itu. Pengaliran tenaga kerja terutama dari negaranegara sedang berkembang ke negara-negara kaya, sangat tergantung pada kebijakan masing-masing negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline