Isu krisis iklim semakin mendesak untuk ditangani, namun sayangnya, banyak yang masih memandangnya sebagai isu yang jauh dan tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari. Padahal, dampak dari perubahan iklim sudah kita rasakan dalam berbagai aspek kehidupan, dari bencana alam hingga gangguan kesehatan. Kini, aksi sosial tidak lagi hanya tentang membantu masyarakat yang terpinggirkan atau memajukan pendidikan, tetapi juga mengenai bagaimana kita dapat bersama-sama menyelamatkan bumi ini sebagai tempat tinggal satu-satunya.
Perubahan Iklim: Fakta yang Tak Terbantahkan
Kita semua menyaksikan cuaca yang semakin tidak menentu---banjir besar di beberapa wilayah, suhu yang kian ekstrem, dan musim yang berubah-ubah. Data dari Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan bahwa sejak era pra-industri, suhu bumi telah meningkat hampir 1,2C. Angka ini tampak kecil, namun dampaknya sangat besar. Peningkatan suhu global mengakibatkan es di kutub mencair lebih cepat, kenaikan permukaan air laut, hingga munculnya anomali cuaca.
Sayangnya, di Indonesia sendiri, banyak yang masih merasa bahwa perubahan iklim bukanlah isu mendesak. Ini bukan masalah yang hanya ada di negara-negara Barat. Negara kita juga terkena dampak serius: mulai dari bencana alam yang sering terjadi seperti banjir dan longsor, hingga kemarau panjang yang mengancam sektor pertanian.
Aksi Sosial sebagai Solusi Kolektif
Di sinilah pentingnya peran aksi sosial dalam menghadapi krisis iklim. Selama ini, banyak inisiatif sosial yang fokus pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kini, aksi sosial harus lebih inklusif dan strategis, melibatkan upaya-upaya untuk menghadapi krisis iklim yang semakin nyata. Ini bukan hanya soal mengajak masyarakat untuk lebih peduli, tetapi juga menggalang aksi nyata dan solusi yang aplikatif untuk menekan dampak perubahan iklim.
Salah satu contoh konkret aksi sosial yang bisa dilakukan adalah pengurangan limbah plastik. Sejumlah organisasi sosial telah melakukan gerakan pengurangan sampah plastik dengan mengajak masyarakat untuk membawa kantong belanja sendiri dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Meski terkesan sederhana, aksi ini memiliki dampak besar jika dilakukan secara kolektif.
Selain itu, kampanye penyuluhan tentang energi terbarukan juga dapat menjadi bagian dari aksi sosial masa kini. Kita perlu mendorong masyarakat untuk beralih dari penggunaan energi berbasis fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan seperti matahari atau angin. Gerakan-gerakan ini harus dipadukan dengan pemberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di sekitarnya.
Aksi Sosial yang Terintegrasi dengan Kebijakan Publik
Namun, aksi sosial tidak bisa berdiri sendiri. Sinergi antara masyarakat sipil, organisasi sosial, dan pemerintah menjadi sangat penting. Kebijakan publik yang mendukung kelestarian lingkungan harus diadvokasi dan ditegakkan. Misalnya, penerapan kebijakan untuk menanam pohon dalam jumlah besar di area yang gundul dapat disinergikan dengan kegiatan sosial menanam pohon oleh relawan. Selain itu, kampanye penyadaran tentang krisis iklim yang masif di kalangan masyarakat juga harus didukung oleh program-program pemerintah yang sejalan.
Organisasi sosial perlu menjadi jembatan antara masyarakat dengan kebijakan publik. Mereka harus mampu mengomunikasikan urgensi masalah iklim ini kepada pemerintah, sekaligus memastikan bahwa kebijakan yang diambil pemerintah bersifat inklusif dan dapat diterapkan oleh masyarakat luas.