Lihat ke Halaman Asli

Teori Kognitif Jean Piaget: Pemahaman Perkembangan Kognitif Anak

Diperbarui: 19 November 2024   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

 MATARAM-Jean Piaget, seorang psikolog asal Swiss, dikenal luas karena kontribusinya dalam memahami perkembangan kognitif anak. Ia mengemukakan bahwa anak-anak tidak hanya "meniru" perilaku orang dewasa, tetapi mereka juga aktif membangun pengetahuan mereka melalui interaksi dengan lingkungan. Teori kognitif Piaget menekankan bahwa perkembangan intelektual terjadi dalam serangkaian tahapan yang universal, di mana setiap tahap memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dari tahap sebelumnya.

1. Proses Kognitif: Skema, Asimilasi, dan Akomodasi

Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses aktif yang melibatkan pembentukan dan transformasi skema. Skema adalah struktur mental atau pola berpikir yang digunakan anak untuk memahami dunia sekitar. Misalnya, seorang anak mungkin memiliki skema tentang "mobil" yang mencakup ide tentang bentuk, suara, dan fungsi mobil. Namun, skema ini bisa berkembang dan berubah seiring pengalaman yang lebih banyak.

Proses penting dalam perkembangan kognitif adalah asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses di mana individu menambahkan pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada. Sebagai contoh, jika seorang anak yang sudah mengenal mobil melihat pesawat terbang, ia mungkin akan mencoba untuk memahami pesawat sebagai jenis mobil yang berbeda. Sebaliknya, akomodasi terjadi ketika pengalaman baru mengharuskan individu untuk mengubah skema yang ada. Misalnya, anak tersebut akhirnya menyadari bahwa pesawat terbang adalah benda yang berbeda dari mobil dan membutuhkan skema baru untuk memahaminya.

2. Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget membagi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap utama, yaitu:

a. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Pada tahap ini, anak-anak mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui interaksi sensorik dan motorik mereka. Mereka belajar tentang objek dan kejadian berdasarkan pengalaman fisik langsung. Salah satu pencapaian utama dalam tahap ini adalah permanensi objek, yaitu pemahaman bahwa benda-benda tetap ada meskipun tidak terlihat. Misalnya, jika mainan disembunyikan di bawah selimut, anak-anak yang telah mencapai tahap ini tahu bahwa mainan itu tetap ada, meskipun mereka tidak dapat melihatnya.

b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

Anak-anak dalam tahap ini mulai menggunakan simbol-simbol dan bahasa untuk menggambarkan dunia mereka, tetapi pemikiran mereka masih sangat dipengaruhi oleh persepsi langsung. Mereka belum mampu melakukan operasi mental yang bersifat logis. Salah satu karakteristik utama dari tahap praoperasional adalah egosentrisme, yaitu kecenderungan untuk melihat dunia dari sudut pandang mereka sendiri dan kesulitan untuk memahami perspektif orang lain. Contoh lain adalah konservasi, yaitu pemahaman bahwa jumlah atau volume objek tetap konstan meskipun bentuk atau tampilannya berubah. Pada tahap ini, anak-anak belum sepenuhnya memahami konsep konservasi.

c. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak-anak mulai mampu melakukan operasi mental yang bersifat logis, tetapi terbatas pada objek yang konkret. Mereka dapat melakukan klasifikasi, mengurutkan benda-benda berdasarkan kategori, dan memahami konsep-konsep seperti waktu, ruang, dan jumlah. Pemikiran mereka menjadi lebih terstruktur, tetapi masih sangat bergantung pada benda nyata atau pengalaman konkret. Anak-anak pada tahap ini juga mulai memahami konsep konservasi dengan lebih baik, misalnya bahwa jumlah air dalam dua gelas tetap sama meskipun satu gelas lebih tinggi dari yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline