Lihat ke Halaman Asli

Lulu Cantika

Mahasiswi Universitas Nasional.

Dampak Pandemi bagi Para Supir Angkutan Kota

Diperbarui: 1 Juli 2021   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Jakarta, 28 Juni 2021 -- Dampak pandemi COVID-19 benar-benar memukul moda transportasi umum. Kondisi tersebut telah memicu menurunnya perekonomian di semua sektor, termasuk permintaan (demand) kebutuhan akan transportasi. Tak hanya itu, masih adanya rasa takut di kalangan masyarakat untuk menggunakan moda transportasi umum dengan alasan kesehatan.


Transportasi umum termasuk bidang yang kritikal dalam masa pandemi Covid-19. Aktivitas manusia yang tetap menuntut mobilitas, baik untuk bekerja maupun jalan-jalan, masih banyak yang memanfaatkan transportasi publik. Faktor kesehatan dituntut lebih diperhatikan mengingat kekhawatiran masyarakat akan terpapar Covid-19 masih tinggi.


Angkot atau Angkutan Kota menjadi salah satu transportasi umum yang paling digemari bagi penikmat moda transportasi umum. Selain rute yang telah ditentukan, angkot dapat menaikan atau menurunkan penumpang dimana saja. Tidak seperti bus yang mempunyai halte sebagai tempat perhentian yang sudah ditentukan.


Setelah masuknya pandemi Covid-19 ke Indonesia, angkot mengalami penurunan peminat. Ini sangat berdampak pada ekonomi para supir angkutan kota tersebut. Hal tersebut dirasakan oleh Pak Sukirno, supir angkot M 20A jurusan Cipedak -- Pasar Minggu.
" Kan penumpangnya dibatasin sama pemerintah, gak boleh banyak-banyak, ya jadi susah buat kejar setoran, kalau kaya gini kan kita juga jadi susah buat makannya, masalahnya ini penghasilan Saya satu-satunya " Imbuhnya.


Banyak masyarakat yang khawatir untuk menggunakan jasa transportasi umum. Kerumunan penumpang saat naik transportasi umum dikhawatirkan dapat menularkan Covid19. Namun, hal tersebut dapat diminimalisir dengan terus menerapkan protokol kesehatan di angkutan umum.


" Ya Saya harap pengguna transportasi publik maupun operator sama-sama berkomitmen untuk menjadikan transportasi publik sebagai sarana transportasi sehat" Tambahnya.


Sarana transportasi umum masih berpotensi menjadi tempat penularan virus korona. Oleh karena itu, penerapan protokol kesehatan di sarana dan prasarana umum angkutan publik mesti dijalankan secara ketat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline