Lihat ke Halaman Asli

Hamdani

TERVERIFIKASI

Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Industri Butuh Tenaga Kerja dengan Soft Skill dan Etos Kerja Tinggi

Diperbarui: 24 November 2021   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Webinar Road to Dudi Award 2021 Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (SC Dokpri)

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, ST, M.Sc, Ph.D, dalam sesi Webinar Road to Dudi Award 2021, Selasa, 23/11/2021, secara jelas mengatakan saat ini industri membutuhkan tenaga kerja yang memiliki soft skill dan attitude kerja bagus.

"Industri sekarang tidak membutuhkan lulusan vokasi atau tenaga kerja yang hanya memiliki kompetensi hardskill tapi soft skill dan etos kerja yang bagus juga," kata Wikan.

Kemudian, ia melanjutkan, "dengarkan seluruh SMK dan Politeknik dan terpenting bukan hasil (hard skill). Butuhnya etos kerja, soft skill, karakter".

Bagaimana bikin pembelajarannya fleksibel kurangi kurangi kepadatan materi hard skill? 

Wikan lantas menekankan, "saya tetap menganggap kurikulum kita materi hasil (hard skill), masih terlalu banyak. Sadarilah kalau nanti bekerja materi-materi hasil itu paling cuman 15 yang dibutuhkan didunia kerja, berapa persen itu tuh nggak ada gunanya nanti itu kalau kita mau berpikiran maju".

Dirjen Pendidikan Vokasi itupun memberikan saran, "jadi yang diajarkan tidak harus advance semuanya ya, bukannya saya suruh mengurangi materi itu ndak, tapi lakukanlah pembelajaran dengan Project Based Learning. Lakukan dengan cara mengerjakan projek trial dan mereka akan menggunakan ekstraksi dari seluruh kemampuan itu dalam konteks kenyataan yang sesungguhnya, dengan begitu model pembelajaran agar fleksibel."

Selain mendesain pembelajaran Project Based Learning rill bukan projek-projekan dalam aktivitas belajar. Vokasi juga harus memperkuat link and match dengan mitra Dudi atau Iduka. Hal ini penting untuk dilakukan agar kegiatan Teaching Factory bisa selaras dengan kebutuhan dan keinginan dunia usaha/kerja. 

Dalam konteks tersebut, Direktur Perencanaan dan Pelayanan Pusat Studio Assosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Dr Suprayitno, MBA, M.Sc, memberikan penjelasan terkait dengan kata match yang dimaksud, setidaknya ada tiga yakni business matching, talent matching, dan social matching.

"Dunia usaha atau perusahaan butuh mitra seperti SMK dan Politeknik yang mampu menyiapkan calon tenaga kerja yang memiliki business matching dan talent matching dengan industri, jangan pada social matching," ujarnya.

Ia menambahkan, "kita perlu tenaga kerja yang memiliki soft skill dan etos kerja, bukan semata kompetensi seperti SKKNI".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline