Sebagai ilmu dan seni, marketing mengalami perkembangan yang cukup pesat. Berbagai tranformasi telah, sedang, dan akan terus berlangsung. Peranan marketing pun semakin memiliki arti penting dan semakin diakui oleh para pelaku bisnis.
McKenna (1991), dalam Tjiptono dan Chandra (2012) bahkan menegaskan, "marketing is everything and everything is marketing". Dengan kata lain marketing bukan lagi sekedar departemen atau fungsi manajerial dalam sebuah organisasi.
Marketing atau pemasaran telah menjelma menjadi filosofi dan cara berbisnis yang berorientasi pada pemuas kebutuhan dan keinginan pelanggan secara efektif, efesien, dan etis sedemikian rupa sehingga lebih unggul dibandingkan para pesaing dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara umum.
Dinamika lingkungan bisnis merupakan faktor kritis yang wajib dicermati setiap pemasar, karena setiap perubahan lingkungan bisa menghadirkan peluang sekaligus ancaman yang berpotensi mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Gates and Hemingway (1999), mendeskripsikan dinamika lingkungan bisnis saat sebagai "era velositas", yang karakteristik utamanya adalah bahwa informasi, keputusan, dan tindakan akan berlangsung at the speed of thought.
Hal ini mengarah pada semakin cepatnya perubahan karakteristik bisnis, semakin mudahnya akses informasi, berubahnya gaya hidup dan ekspektasi konsumen terhadap dunia bisnis, serta semakin cepatnya perbaikan kualitas dan penyempurnaan proses bisnis.
Kesemuanya ini difasilitasi oleh digitalisasi aliran informasi yang semakin hari semakin canggih. Implikasinya, perubahan lingkungan kerapkali terjadi super-cepat dan membawa dampak yang tak terduga. Pemasar tidak siap menghadapi kenyataan tersebut bakal terlindas kompetisi dan terancam kelangsungan hidupnya.
Secara garis besar, ada lima faktor pemicu perubahan utama yang disingkat 5C yang memainkan peranan penting dalam mempengaruhi perkembangan pasar yaitu; Costumers, Company, Competition, Collaborators, dan Change.
Pertama: Faktor Costumers ditunjukkan dengan perilaku konsumen yang semakin "cerewet" (more demanding), cerdas (savvy), dan canggih (sophisticated).
Mereka menuntut setidaknya lima hal bisa disebut 5E, menurut Tjiptono yaitu;