Lihat ke Halaman Asli

Hamdani

TERVERIFIKASI

Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

[Sebuah Introspeksi] Mengapa Covid-19 Betah di Indonesia?

Diperbarui: 24 Agustus 2021   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Gambar Ilustrasi/Xin Hua/Kompas)

Pada fase awal kemunculannya, Corona Virus Disease 19 atau disingkat Covid-19 di Indonesia identik dengan virus Wuhan.

Banyak orang menyebutnya virus Wuhan.

Wuhan, sebuah distrik di China sebagai "rahim" yang melahirkan virus paling ditakuti saat ini terutama di Indonesia. Takuti karena bisa menjadi penyebab utama kematian.

Mengantisipasi Covid-19 yang berevolusi menjadi wabah/pandemi secara cepat karena pola penularannya melalui manusia, pemerintah melakukan berbagai langkah.

Kebijakan terbaru yang diterbitkan oleh pemerintah pusat hingga ke kab/kota yaitu penerapan PPKM Level 3 dan 4 untuk masing-masing daerah sesuai risiko yang dihadapi.

Penerapan PPKM sudah berlangsung selama 4-5 bulan meski berlaku secara sporadis tapi selalu terjadi perpanjangan. Seakan pandemi tidak pernah tuntas.

Akibatnya masyarakat pun sudah merasa sangat jenuh dan bosan dipaksa menghadapi PPKM. Walau pemerintah mengklaim PPKM berdampak positif dan signifikan terhadap penurunan penderita Covid-19.

Soal apakah benar atau tidak terhadap klaim tersebut berpulang ke masing-masing kita untuk menilainya. Namun pemerintah telah merilis data-data untuk mendukung hal itu.

Dibandingkan negara asalnya China, kehadiran Covid-19 di Indonesia cenderung lebih lama dan terkesan sangat betah. Sudah 2 tahun lamanya pemerintah disibukkan melayani sang covid, sampai-sampai dibentuk panitia khusus untuk memonitor keberadaan covid seantero nusantara.

Tidak hanya memberikan fokus, pemerintah juga mem-backup panitia Covid-19 itu dengan dana super jumbo. Tidak tanggung-tanggung ratusan triliun rupiah diguyurkan agar Covid-19 mau balik ke kampung halamannya Wuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline