Dunia pendidikan identik dengan sekolah. Mulai dari level pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), untuk sebutan SMA pernah berubah menjadi sekolah menengah umum. Namun kini kembali lagi kesebutan semula yaitu SMA.
Di lingkungan sekolah agama juga terdapat jenjang pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi, seperti Madrasah Ibtidaiyah sebagai sekolah dasar dan Universitas Islam sebagai pendidikan tinggi.
Di luar itu terdapat pula pendidikan pra sekolah semisal PAUD (pendidikan anak usia dini) dan Taman Kanak-kanak atau disingkat dengan TK. Meskipun tidak dimasukkan dalam golongan sekolah, namun pendidikan level tersebut dirasa sangat penting karena masa-masa itulah seorang anak mulai mengenal kecerdasan sosial, dan berhubungan dengan alam sekitar.
Bicara pendidikan sebenarnya bukan hanya bicara bagaimana proses pembelajaran yang semata-mata dilakukan dilingkungan sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Pendidikan itu sangat luas maknanya dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia. Jika disekolah, pendidikan diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu saja, maka pendidikan luar sekolah (PLS) justru tidak terikat dengan waktu dan sangat fleksibel.
Pendidikan luar sekolah adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan sistem khusus. Perencanaan pendidikan luar sekolah dirancang sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan peserta didiknya. PLS sangat fleksibel dalam penerepan kurikulum, sistem belajar, dan metode pembelajaran yang diterapkan.
Meskipun demikian, baik PLS maupun sekolah formal lainnya memiliki tujuan yang sama dalam penyelenggaraan pendidikan yaitu bagaimana menciptakan dan melahirkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang andal, berkualitas, beriman dan bertaqwa.
Untuk melahirkan SDM yang berkulitas dan unggul sebagai insan terdidik, maka sekolah membangun (build up/develop) sebuah standar sistim proses sebagai acuan mutu. Sebab apabila dalam proses yang dilakukan tidak mengarah kepada pencapaian kualitas, maka akan berdampak kepada hasil atau outcome yang tidak sesuai dengan tujuan.
Agar sistim proses yang berstandar mutu bagus berjalan dengan baik, sekolah perlu memastikan seluruh variabel yang dibutuhkan dalam rangka melakukan proses itu tersedia secara cukup, berkulitas, dan berkelanjutan. Di antara variabel tersebut yaitu kurikulum, guru, infrastruktur pendukung, metode, dan dukungan stakeholder.
Jika semua variabel itu tersedia dan saling terhubung menjadi sebuah sistem mutu yang berjalan sebagai sebuah standar proses, besar kemungkinan hasil (outcome) yang diinginkan akan mudah tercapai. Sebaliknya jika standar proses yang dilakukan tidak didukung oleh berbagai varibel diatas, maka hasilnya pun akan mengecewakan.
Hal inilah yang menjadi pokok pikiran Kepala Sekolah SMAN 11 Banda Aceh yang beralamat di Jalan Paya Umet, Gampong Blang Cut Kecamatan Lueng Bata Banda Aceh. Aceh, Ibu Nuriati, M. Pd, yang memiliki visi untuk melahirkan lulusan-lulusan yang berkualitas, cerdas, beriman dan bertaqwa.
Dalam rangka mewujudkan visi dan misinya, kini sekolah SMAN 11 Banda Aceh yang dipimpin oleh Nuriati sedang giat-giatnya mempersiapkan siswa meliputi berbagai aspek untuk siap menghadapi Ujian Nasional (UN) yang akan berlangsung pada bulan April 2019 nanti.