Lihat ke Halaman Asli

Hamdani

TERVERIFIKASI

Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

3 Alat Kampanye Populis Bagi Petahana yang Patut Dipertimbangkan

Diperbarui: 28 Desember 2018   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Capres nomer urut 2 Joko Widodo atau Jokowi saat melepas ribuan peserta acara Gerak Jalan Revolusi Mental di Kawasan Monas, Jakarta, Minggu (22/6/2014). | kompas.com

Diawal tulisan singkat ini saya ingin tekankan bahwa ada perbedaan antara Alat Peraga Kampanye (APK) yang dimaksudkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan alat kampanye yang saya maksud dalam artikel sederhana ini.

Dan dalam kesempatan ini saya juga tidak bermaksud untuk menjelaskan apa itu APK. Karena untuk APK mungkin bisa dituliskan pada topik tersendiri pada kesempatan lain. Namun yang ingin saya coba ulas adalah tentang sesuatu yang menurut pandangan saya dapat dijadikan (mungkin juga sudah dilakukan) sebagai alat kampanye yang sangat populis bagi petahana untuk meningkatkan elektoralnya.

Hal tersebut sangat penting, mengingat masa kampanye berdasarkan ketetapan KPU tinggal sedikit lagi. Dengan waktu tersisa hanya kurang dari 3 bulan, karena itu petahana harus lebih optimal memanfaatkan kesempatan tersebut sampai hari pencoblosan tiba. Jika ingin memenangkan kontestasi melawan pasangan Prabowo-Sandi.

Lantas apa sajakah 3 alat kampanye populis yang dapat dimanfaatkan oleh petahana untuk mempertahankan popularitasnya yang terindikasi semakin hari semakin menurun? Berikut nukilan saya buat petahana.

Pembangunan infrastruktur

Terlepas dari politik dan politisasi isyu. Sebenarnya pembangunan infrastruktur sudah dilaksanakan oleh pemerintah sejak orde lama. Namun karena masa itu kondisi Indonesia masih belum stabil, maka berbagai agenda pembangunan sulit dicapai.

Lalu pada masa Soeharto memimpin pada era orde baru, pembangunan infrastruktur menjadi agenda utama pembangunan fisik.  Bahkan dengan model perencanaan pembangunan jangka menengah dan jangka panjang hingga istilah tinggal landas berhasil dilakukan oleh rezim Soeharto. Mungkin kita belum lupa dengan konsep Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) era orde baru.

Sasaran pembangunan infrastruktur gencar dilakukan, mulai pembangunan jalan nasional, provinsi, jalan tol, pelabuhan laut dan udara, irigasi, pembangunan rumah ibadah, jembatan, dan gedung-gedung sekolah, universitas, dan sebagainya. Inilah periode awal pembangunan Indonesia setelah negeri ini merdeka sebagai sebuah negara.

Karena jasanya dalam membangun berbagai infrastruktur meskipun sangat jawasentris dan kapitalis, Soeharto kemudian digelar sebagai bapak pembangunan Indonesia. Setuju atau tidak, itulah faktanya.

Kemudian setelah orde baru tumbang. Pembangunan infrastruktur dilanjutkan oleh presiden berikutnya. Ada BJ Habibie, Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Artinya proses pembangunan terus berlanjut dan tidak berhenti. Hanya saja cara mewujudkannya yang berbeda-beda satu pemerintahan dengan pemerintahan yang lain.

Hingga saat ini periode terakhir pemerintahan pada era reformasi adalah rezim Jokowi-Jk. Pada masa kepemimpinan Jokowi-Jk pembangunan infrastruktur pun tetap dilanjutkan dan ditingkatkan. Sehingga dalam proses tersebut, Jokowi menjadikan infrastruktur sebagai program utama pemerintahannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline