Selalu ada hal yang menarik terjadi selama pagelaran kempanye Pemilu Presiden (Pilpres) 2019. Selain adu mulut para politisi, para Capres pun saling melontarkan diksi-diksi nyeleneh untuk menyerang lawan. Akan tetapi sesuatu yang menarik kali ini datangnya dari Sandiaga Uno, sang Cawapres pasangan 02 dari Capres Prabowo Subianto.
Seperti sangat memahami Aceh, Sandiaga Uno selama melakukan lawatan safari politiknya Nanggroe Darussalam tersebut tidak lupa mengambil simpati Rakyat Aceh dengan pendekatan politik warung kopi. Sangat menarik bila dilihat dari ketajaman naluri Sandiaga Uno membidik warung kopi sebagai sasaran kempanye simbolik dan dialogis yang sedang dilakoni.
Cawapres berdarah bugis itu memilih strategi yang tepat dalam taktik kempanyenya di Aceh, selain berziarah ke makam, shalat berjamaah di Masjid, dan satu lagi ia memilih warung kopi sebagai targetnya. Langkah tersebut mendapatkan poin tambahan bagi Sandiaga Uno.
Politik warung kopi atau saya maknai sebagai tindakan menjaring aspirasi lewat warung kopi seperti yang dilakukan oleh Sandiaga Uno cukup strategis dalam meraih simpati publik. Sebab warung kopi bagi masyarakat Aceh adalah rumah kedua mereka. Hampir separuh waktu mereka dihabiskan untuk beraktivitas di warung kopi.
Ditempat ini masyarakat seperti berada di sebuah aula rapat besar atau bagaikan ruang seminar yang sangat luas. Warung kopi hanyalah simbol, tetapi isi dan kegiatan didalamnya bisa macam-macam. Mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat dibahas di warung kopi. Persis seperti rapat atau seminar.
Politik warung kopi berarti Sandiaga Uno telah menempatkan diri pada posisi yang sejajar dengan umumnya masyarakat Aceh. Sikap seperti ini bagi masyarakat Aceh dianggap sebagai sebuah penghargaan. Berarti pula Sandiaga Uno tidak memandang dirinya lebih tinggi posisinya dari rakyat Aceh pada umumnya.
Strategi tersebut menurut saya sangat penting. Sebab jangan sampai jauh-jauh dari Jakarta, tetapi yang diperoleh di Aceh bukanlah simpati publik. Hal itu sangat merugikan saya kira. Pada titik ini saya melihat bahwa Sandiaga Uno sangat cerdas membaca kebiasaan masyarakat Aceh. Dan ia mengambil momentum yang tepat.
Akhirnya secara keseluruhan dapat dikatakan kempanye Sandiaga Uno di Aceh terbilang sukses. Selain dapat melaksanakan seluruh agendanya, dan yang lebih penting adalah dalam semua berjalan dalam suasana aman, damai, dan tidak ada insiden yang menjurus pada anarkisme.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H