Lihat ke Halaman Asli

Hamdani

TERVERIFIKASI

Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Pendidikan Millennial, Minus Kecerdasan Moral?

Diperbarui: 11 November 2018   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: Majalah Kartini.co.id

Siapapun pasti setuju jika pendidikan merupakan jalan menuju perubahan. Pendidikan menjadi jembatan kemajuan atau pun kemunduran bagi seseorang secara pribadi, dan lebih luas lagi bagi bangsa dan negara. Dan kini pendidikan pun telah menjadi kebutuhan utama manusia.

Bangsa-bangsa yang telah mengalami peradaban kemajuan di suatu negara, jika ditelusuri semuanya dimulai dari pendidikan. Melalui pendidikan, mereka menguasai ilmu pengetahuan yang dapat membawa mereka mencapai kemajuan. Contohnya bangsa-bangsa Eropa, Amerika, dan negara-negara Islam pada masa keemasan.

Bahkan Jepang mampu bangkit setelah negara tersebut dijatuhi bom nuklir yang menghancurkan negara itu dengan strategi pendidikan. Bagaimana Kaisar Meiji memerintahkan agar guru-guru dinegaranya menjadi kunci perubahan, atau lebih dikenal dengan restorasi Meiji. Begitulah peran pendidikan. Ia mampu mengubah segalanya.

Karena begitu sangat penting pendidikan, maka pada zaman apapun, yang namanya pendidikan, belajar, dan ilmu pengetahuan selalu dibutuhkan.Tak terkecuali pada abad dua puluh satu atau yang lebih dikenal dengan era milenium sekarang ini. Bahkan pendidikan menjadi inti kehidupan manusia modern.

Namun ada fenomena ditengah-tengah masyarakat dewasa ini, masyarakat milenium dan generasi millennial seakan-akan yang disebut pendidikan hanyalah mempelajari ilmu pengetahuan umum saja. Sedangkan kecerdasan moral tidak termasuk didalamnya. Benarkah pendidikan hanya bicara soal pengetahuan umum semata?

Pengetahuan umum yang saya maksud adalah termasuk didalamnya tentang pengetahuan teknologi informasi, pengetahuan bisnis, seni budaya, musik, arsitektur, sain, dan sebagainya. Bahkan cenderung tidak termasuk pengetahuan agama atau religi.

Anak-anak muda zaman now atau lebih dikenal dengan generasi millennial. Mereka lebih tertarik mempelajari tentang teknologi informasi, seperti internet, gadget, computer, programming, wed design, gaming, animasi, daripada belajar agama, mendengar tausiyah, ceramah, khutbah atau yang berbau moral.

Ketertarikan mereka terhadap internet dan dunia digital tersebut tentu ada pendorongnya. Apa itu? Ya, lingkungan. Faktor lingkungan meliputi tempat bermain, teman, lingkungan sekolah, sosial. Kemana pun dan dimanapun mereka hidup dan berada, disekelilingnya selalu terhubung dengan internet.

Ketika anak-anak milenial ini melakukan berbagai aktivitas, baik kegiatan pribadi maupun sosial, belajar, hiburan, semaunya tidak terlepas dengan media teknologi. Sebagai contoh, misalnya soal komunikasi, penggunaan media sosial sebagai media komunikasi lebih tinggi daripada cara lainnya.

Nah, kebiasaan baru dalam kehidupan manusia dan anak-anak muda tersebut menjadi ciri khas generasi mereka. Sehingga menjauhkan mereka dari unsur teknologi sangat tidak mungkin dilakukan. Disisi lain, konten yang banyak terdapat dalam berbagai platform di internet masih banyak yang sangat negatif, sarat kekerasan, dan perlu dilakukan filter yang ketat.

Konten negatif ini memberi pengaruh terhadap pola pikir mereka. Sehingga tanpa disadari anak-anak muda tersebut mulai tumbuh kesadaran baru, seolah-olah hal itu sudah biasa. Dengan demikian mereka berpikir, belajar tentang agama, ibadah, etika dan moralitas hanya sebagai pelengkap saja bukan lagi utama.Yang utama adalah penguasaan teknologi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline