Faktanya bahwa sembilan puluh sembilan kali dari seratus, orang tidak mengkritik dirinya sendiri sama sekali, tidak peduli betapa salahnya apa yang sudah dilakukannya.
Kritik adalah hal sia-sia karena menempatkan seseorang dalam posisi defensif dan biasanya membuat orang itu berusaha mempertahankan dirinya. Kritik itu berbahaya, karena melukai perasaan pentingnya, dan membangkitkan rasa benci.
Dengan mengkritik, kita tidak membuat perubahan yang langgeng dan seringkali menimbulkan rasa benci. Rasa benci yang ditimbulkan oleh kritik dapat menurunkan semangat kerja pegawai, anggota keluarga, dan kawan-kawan, dan tetap tidak dapat memperbaiki situasi terhadap apa yang sudah dikritik.
Dalam hal ini, Hans Selye, seorang psikolog besar pernah berkata "Kehausan kita akan persetujuan, sama besarnya dengan ketakutan kita kepada kritik." Dari pandangan Hans Selye sesungguhnya menyampaikan kepada kita, tidak peduli apakah kita sendiri dan siapapun tidak bahagia jika dikritik. Sebab itu kritik menjadi sesuatu yang menakutkan bagi siapa saja.
Dalam konteks ini yang perlu kita lakukan adalah bagaimana kita dapat menggunakan suatu pendekatan yang lain untuk meningkatkan kesadaran seseorang dengan tanpa rasa kesal dan benci.
Sikap mengkritik adalah bentuk lain dari menunjukkan kesalahan seseorang. Melalui cara yang tidak etis tersebut, pengkritik hanya mengharapkan dari seseorang yang lain sebuah persetujuan terhadap cara mereka. Namun apakah seseorang suka jika disalahkan. Saya pikir hampir setiap kita selalu menganggap diri kita benar.
Anda dapat mengatakan kepada orang lain bahwa mereka salah dengan pandangan atau intonasi atau gerak isyarat semahir Anda mampu ungkapkan dala kata-kata. Dan bila Anda sampaikan pada mereka bahwa mereka salah, apakah Anda bisa membuat mereka setuju dengan Anda? Tidak pernah! Karena Anda sudah menghantam langsung kecerdasan, penilaian, kebanggaan dan respek diri mereka. Hal itu malah akan membuat mereka ingin memukul balik.
Dari sebagian kecil konsep ini dapat menjelaskan fenomena kompleks yang sedang terjadi di negeri nan indah ini sejak beberapa tahun belakangan. Beberapa kelompok pendukung terjebak pada siasat kebrutalan mengkritik.
Maka apa yang kita peroleh? Halaman rumah kita, hingga ruang tamu dipenuhi dengan nada sinisme dan satire hingga sarkasme yang membuat negara besar ini menjadi kelihatan seperti sebutir debu.
Mungkin hipotesis saya salah, dan pastinya saya sering salah. Namun tidakkah kita mencoba dengan cara yang sangat diplomatis dan sedikit bijaksana untuk melewati proses ini dengan tidak menghancurkan indahnya taman bunga yang telah dengan susah payah kita bangun?
Begitulah sifat manusia, mereka yang bersalah menyalahkan orang lain selain diri mereka sendiri. Bahkan termasuk saya sendiri. Mungkin kita semua juga seperti itu.