Jika Anda pernah jalan-jalan ke Mesir barangkali pernah berkunjung ke salah satu tempat wisata bangunan bersejarah yang bentuknya seperti piramida.
Membayangkan bentuk runcing pada bagian atas model segitiga, begitulah bentuk Bu Kulah yang ada di Aceh. Meskipun tidak sama persis namun paling tidak sudah dapat mendekati.
Bu Kulah adalah sebutan dalam bahasa Aceh, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kira-kira begini, bu artinya nasi, kulah artinya bungkus. Jadi bu kulah artinya nasi bungkus.
Memang sih nasi bungkus sering kita lihat dan terdapat di mana-mana. Kalau beli nasi di warung Padang pun, pasti ada yang versi dibungkus. Dan biasanya nasi bungkus tidak dimakan ditempat tetapi di bawa pulang.
Lalu apakah sama nasi bungkus "bu kulah" dengan nasi bungkus di warung Padang? Jawabannya tidak. Maknanya bahwa walaupun namanya sama-sama nasi dibungkus namun bentuk dan bahan yang digunakan tidaklah sama.
Bu Kulah adalah nasi putih biasa yang bungkus menggunakan daun pisang yang sudah diasapi sebelumnya. Tujuan diasapi agar daun pisang bisa lebih lentur dan tidak gampang patah sehingga mudah dibentuk saat membungkus nasi.
Selain daun pisang menjadi lebih lembur, dengan diasapi daun pisang menjadi lebih wangi. Dengan aroma daun pisang yang sangat khas membuat Bu Kulah dapat membangkitkan selera orang yang akan memakannya.
Dalam kultur masyarakat Aceh, Bu kulah sudah ada sejak lama. Ini merupakan tradisi turun temurun dalam adat menjamu makan bagi para tamu atau sajian kenduri pada pelbagai acara perayaan maupun peringatan momen-momen penting.
Pada masa lalu, bu kulah selalu disajikan pada acara makan-makan tamu khusus. Hanya dengan begitu bu kulah baru dibuat oleh mereka yang menjamu. Proses pembuatannya pun tidak terlalu sulit.
Namun bu kulah mempunyai bentuk yang sangat unik seperti piramida di negeri Mesir. Dengan rasanya yang khas, bu kulah mempunyai kesan tersendiri yang berbeda dengan nasi bungkus biasa.
Lazimnya bu kulah disajikan pada acara-acara tertentu. Seperti acara maulidur rasul, jamuan makan tamu pemerintah, pesta adat perkawinan, kenduri yang bersifat religi dan sejumlah acara makan-makan lainnya.