Hari ini sangat menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia kedepan. Pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak pertama kali digelar. Sehingga hasil hari ini menjadi cerminan Pilkada serentak di pemilu yang akan datang.
Jika hasil Pilkada kali ini memuaskan, aman dan damai tanpa kekurangan yang berarti, maka bisa menjadi modal percaya diri yang bagus bagi pemerintah untuk menyelenggarakan lagi secara serentak se-Indonesia di pilkada berikutnya.
Pencoblosan di TPS bagi daerah yang melaksanakan pergantian pemimpin atau kepala daerah pun sudah dimulai sejak pukul 08.00 Wib tadi pagi (Rabu, 27/06/2018) dan akan ditutup hingga pukul 14.00 wib, informasi ini berdasarkan edaran yang dikeluarkan oleh KPU.
Dari pantauan sejumlah media telivisi yang melakukan siaran langsung dari beberapa provinsi yang melakukan pemilihan gubernur terlihat masyarakat berbondong-bondong mendatangi bilik-bilik pemungutan suara untuk memberikan hak politiknya.
Tingginya antusias masyarakat menyambut pesta demokrasi yang diadakan lima tahun sekali ini bisa menjadi indikasi partisipasi politik rakyat Indonesia sangat besar. Berarti pula bahwa kesadaran berpolitik dikalangan masyarakat mulai berubah dan meningkat menuju pemilih cerdas.
Diantara provinsi yang sangat tinggi perhatian media karena perilaku masyarakat dan basis pemilihnya adalah seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumut, Bali, dan Sulawesi Selatan. Meskipun daerah lain juga mendapatkan perhatian yang sama.
Besarnya perhatian media di beberapa daerah tersebut ditengarai karena memiliki nilai-nilai tertentu yang dapat dijadikan barometer atau tolok ukur perolehan suara bagi pasangan calon maupun partai politik yang mempunyai kaitan erat dengan pemilihan presiden Republik Indonesia tahun depan.
Asumsi para pengamat politik di Indonesia memprediksi bahwa ketiga provinsi tersebut terutama di pulau Jawa merupakan lumbung suara pemenangan Pilpres 2019 bagi para capres yang ikut meramaikan suksesi pilpres tahun depan. Dengan meraih dukungan maksimal di pulau Jawa, maka peluang untuk memenangkan pemilihan presiden terbuka lebar.
Jika kita lihat komposisi pemilih dari aspek kependudukan berdasarkan data yang ada dapat dipaparkan bahwa pemilih muda yang berusia 18-35 tahun mendominasi pemilih (voter) di Indonesia. Oleh karena itu pula, maka tidak aneh kalau mereka menginginkan negeri ini dipimpin oleh anak muda.
Kalaulah bangsa Indonesia mau bercermin dan belajar dari kemajuan Jepang dalam kaitannya dengan pemimpin muda, rasanya inilah waktu yang tepat bagi bangsa ini untuk melahirkan bupati/walikota, gubernur bahkan sampai presiden anak muda. Kenapa? Karena jumlah anak muda saat ini sangat besar di Indonesia.
Berkaca dari Jepang setelah terjadinya pemboman oleh sekutu lalu mereka bangkit dengan mengandalkan kaum muda betul-betul menjadi motor revolusi restorasi Jepang, meraih kemajuan hingga dapat melakukan balas dendam ke sekutu.