Lihat ke Halaman Asli

Hamdani

TERVERIFIKASI

Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Pemerintah Bagi-bagi THR, Upaya untuk Mendongkrak Daya Beli Masyarakat, Benarkah?

Diperbarui: 29 Mei 2018   16:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pemerintahan Joko Widodo terkesan sangat royal anggaran tahun ini. Sekilas terlihat seakan-akan negara ini tidak ada masalah dengan anggaran. Bahkan cenderung menghambur-hamburkan uang, benarkah? 

Polemik gaji besar Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati barangkali bukan yang terakhir menjadi hot isyu terkait ganjang ganjing pengeluaran negara. Bisa jadi hari-hari kedepan bakal ada yang lebih hot lagi. Kita tunggu saja!

Sebelum itu telah terjadi pembicaraan luas juga dikalangan masyarakat terkait road show Menteri Keuangan ke pondok pesantren Gontor, yang katanya ikut menyerahkan "oleh-oleh" untuk kebutuhan lebaran. Yang kemudian berita itu dikonfirmasi sebagai hoaks oleh kedua belah pihak. 

Mundur lagi ke belakang, Presiden Jokowi mengumumkan pemberian THR (dulunya gaji 13) bagi PNS dari level pejabat tinggi sampai bukan pejabat dan pegawai rendah. Namun sayang tidak termasuk honorer atau tenaga kontrak yang bekerja dilingkungan pemerintah. 

Namun sehari kemudian Menkeu mengeluarkan pernyataan bahwa tenaga honorer (status kontrak) juga kebagian Tunjangan Hari Raya (THR) dari pemerintahan Jokowi-Jk, artinya Menkeu meralat pernyataan presiden sehari sebelumnya. Terkait berita ini sempat menjadi bulan-bulanan di media daring yang membingungkan masyarakat. 

Tentu saja, apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam memberikan pendapatan tambahan bagi pegawainya sangatlah baik apalagi menjelang lebaran dan tahun ajaran baru sekolah. Mereka dapat menggunakan dana tersebut untuk mememuhi kebutuhan lebaran dan biaya pendidikan anak-anak mereka. Sehingga aparatur sipil negara (ASN) tidak perlu korupsi untuk mencari biaya hidup tambahan. 

Kita sangat mendukung kebijakan yang seperti itu meskipun sebagian masyarakat miskin sampai hari ini tidak ada yang peduli bagaimana nasib mereka dalam mememuhi kebutuhan hidupnya. Namun mereka juga tidak tahu harus mengadu kemana, meminta bantuan pada siapa. Yang bisa mereka lakukan adalah mengurut dada sambil menahan rasa perih dan sedih yang tiada tara. 

Tetapi itulah faktanya, di negara kaya raya, makmur dengan utang luar negerinya, sulit mendapatkan lapangan kerja, harga-harga pada naik semua namun pejabatnya masih bisa menikmati kekayaan negara dari pinjaman dunia dan dapat tunjangan hari raya pula. 

Ya, tentu saja rakyat tidak bisa berbuat apa-apa, mereka percaya bahwa pemimpin mereka memiliki hati sebersih hati dewa, memiliki kedekatan dengan rakyat jelata dan suka membagi-bagikan beras dan gula. 

Begitulah cara pemerintah mensejahterakan rakyatnya, dengan kebijakan yang tepat menurut rezim ini dapat membuat negara semakin kuat baik secara ekonomi maupun sosial politiknya. Namun kita kuatir justru akan terjadi sebaliknya. 

Apalagi THR ditengarai sebagai salah satu strategi Jokowi-JK untuk mendongkrak daya beli masyarakat yang sudah terpuruk. Hal ini pernah disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam satu kesempatan bahwa bulan ramadan dan lebaran bisa menjadi momentum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal kedua. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline