Industri dalam tahun ke tahun selalu mengalami perkembangan dan perubahan, sudah hampir 3 abad silam dunia perindustrian mengalami revolusi, dan di abad ini perindustrian telah memasuki era industri 4.0 yang serba otomatisasi,yang mana didalamnya terdapat pilar yang mendukung untuk terjadinya revolusi,yakni, Cyber Physical Systems(CPS), kecerdasan buatan(Artificial Intelligence/AI), komputasi awan (cloud computing), Internet of Think(IoT), blockhain, teknologi nano,dan big data.
Era industri saat ini telah mengubah pola hidup dan kerja manusia secara fundamental seperti yang dikatakan Ekonom asal Jerman sebagai Ketua Eksekutif Word Economic Forum (WEF), Prof Klaus Schwab (2017). Adanya revolusi industri di era revolusi 4.0 ini memang dapat meningkatkan efisiensi perkembangan dan pembangunan ekonomi digital, namun juga memiliki tantangannya tersendiri terutama bagi Indonesia sendiri. Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang P.S. Brodjonegoro, memasuki revolusi industri 4.0 Indonesia akan kehilangan 50 juta peluang kerja. Pekerjaan pekerjaan ringan akan digantikan oleh AI dan juga robot.
Menanggapi era industri 4.0, para generasi muda harus membekali dirinya dengan berbagai skills dan pengetahuan terutama dibidang teknologi,seperti yang dikatakan Marmolejo (World Bank: 2007),pasar kerja saat ini tengah membutuhkan kombinasi berbagai skills yang berbeda dengan yang selama ini diberikan oleh sistem penidikan yang ada.Sehingga dalam dunia pendidikan diperlukan suatu literasi baru,dalam hal ini dirumuskan oleh Aount (MIT:2017) yaitu literasi data, literasi teknologi , dan literasi manusia.Dengan tujuan agar tiap individu memiliki kemampuan untuk memahami cara kerja mesin dan aplikasi teknologi seperti coding, Engineering Principles, Artificial Intelegence, serta memiliki ketrampilan leadership, team work , dan enterpreneurship.
Guru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Yandra Arkeman mengatakan bangsa Indonesia harus mulai mempersiapkan generasi yang melek bahasa pemrograman komputer atau coding untuk menghadapi era industri 4.0. Dengan belajar coding seorang dapat membuat dan memecahkan masalah yang ada pada program yang dibuat, hal ini juga menjadi bekal untuk menghadapi era industri 4.0,yang mana kedepannya perkembangnya teknologi digital akan berkembang pada adanya kecerdasan buatan(Artificial Intelligence/AI), komputasi awan (cloud computing), dan Internet of Think (IoT),coding merupakan bagian dasar untuk pembentukan ketiga hal tersebut,sehingga para generasi muda harusnya belajar coding untuk dapat ikut berpartisipasi dalam perkembangan industri dan teknologi kedepannya agar tidak tertinggal.
Selain sebagai bekal para generasi muda untuk menghadapi era industri 4.0, belajar pemrograman juga memiliki dampak yang positif.Perusahaan besar Google juga mengemukakan bahwa belajar pemrograman itu baik dan memiliki dampak positif.Dengan belajar pemrograman, tanpa sadar seorang mendapatkan kemapuan untuk berpikir secara logis, untuk mendapatkan manfaat dari belajar pemrograman ini tentunya juga harus disertai dengan cara belajar yang tepat, selain itu, dengan belajar pemrograman,seorang juga akan terbiasa untuk berpikir secara sistematis.Abdulkadir Muhammad (2004), mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah berpikir serta berbuat yang bersistem, yaitu berurutan ,runtun ,serta tidak tumpang tindih.Sehingga dengan terbiasanya seorang untuk berpikir secara sistematis dalam menyusun program, dapat mengembangkan pikiran yang bisa digunakan untuk membantu menyelesaikan berbagai macam permasalahan sehari-hari.
Dengan belajar pemrograman atau coding melatih seorang untuk teliti, karena dalam kegiatan coding, seorang harus teliti dalam membangun dan merangkai ratusan barisan kode yang terdapat dalam satu program agar program tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai intruksi yang diberikan. Selain melatih seorang untuk teliti,belajar pemrograman berarti seorang harus berpikir secara logis dalam membangun algoritma kodenya untuk menyederhanakan masalah agar lebih cepat dan efektif dalam penyelesaiannya,yang mana hal ini sekaligus akan melatih dan meningkatkan pola dan daya pikir seseorang juga akan mengembangkan potensi diri.
Dengan banyaknya manfaat yang didapatkan dengan belajar pemrograman, tak heran banyak negara-negara di luar, seperti Singapura, Jepang, dan Amerika, memasukan mata pelajaran pemrograman sebagai mata pelajaran wajib dalam kurikulum sekolah mereka, di Indonesia sendiri hal ini memang masih belum ada dan masih menjadi wacana pemerintah. Namun walaupun di Indonesia sediri mata pelajaran pemrograman belum masuk dalam kurikulum sekolah, bukan berarti belajar pemrograman tidak bisa dilakukan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk belajar pemrograman, baik secara otodidak atau mandiri, belajar di perguruan tinggi yang mengajarkan pemrograman, maupun mengikuti kursus pemrograman.
Akhirnya, adanya revolusi industri 4.0 khususnya di Indonesia, juga memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang mendukung,dan sebagian besar literasi yang diperlukan untuk menunjang revolusi industri 4.0 belum semuanya tersedia di Indonesia,namun setiap lapisan masyarakat dapat melakukan self learning atau belajar mandiri, salah satu hal yang dapat dipelajari secara mandiri ialah coding, yang mana selain dapat menunjang revolusi 4.0 juga memiliki manfaat dan dampak positif bagi yang mempelajarinya.