Lihat ke Halaman Asli

Candrawan

#KalimantanCryJustice

Konten Sampah dan Para Kreator Indonesia

Diperbarui: 14 Juli 2020   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan sosial media di jaman sekarang sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat,dimana dulu manusia hanya bisa mengirimkan sebuah pesan singkat (SMS), hingga berkembang menjadi sebuah pesan elektronik (email). Hingga di era digital ini,manusia mengalami sebuah fase perubahan sosial yang sangat signifikan. Mulai dari sosial media untuk berbagi foto seperti Instagram,berbagi video seperti Youtube,hinnga sosial media yang banyak melahirkan manusia-manusia dengan kondisi otak dan jiwa yang abnormal seperti Tik-T*k.

Saya pernah mengutarakan sebuah pendapat bahwa perilaku sosial di pengaruhi oleh selera tontonan,tapi sulitnya mengemukakan pendapat di negeri ini adalah ,pendapat kita akan langsung dan secara cepat di nyatakan salah tanpa adanya sebuah dialog. Saya bahkan di katakan "jangan pernah menghakimi selera orang,karena selera orang beda-beda".Sangat klasik sekali.

hh-5f0d0fe5097f3641502bed62.jpg

Tik Tok telah menjadi aplikasi paling viral dan paling banyak di-download, yaitu sebanyak 45,8 juta. Meninggalkan YouTube, WhatsApp, Instagram, Facebook dan WeChat!. Tolong,sadarlah wahai kawan-kawanku.

Yang tidak mereka sadari dari pendapat saya adalah tentang bagaimana tontonan atau sebuah selera dapat mempengaruhi sebuah perilaku sosial,dimana akibatnya bisa secara tidak langsung menerpa kehidupan mereka sendiri. Karena secara tidak sadar,apa yang kita tonton akan mempengaruhi alam bawah sadar kita,dan apabila hal ini secara terus menerus di lakukan,maka akan membentuk kebiasaan kita di kemudian hari. 

Contoh,saya punya seorang teman yang dulu di kenal akan kegeniusannya,tapi semenjak dia mengenal sebuah aplikasi berbagi video singkat bernama Tik-T*k,dia rela menjadi dan terlihat bodoh hanya demi sebuah like dan view, miris sekali.

Esensi memaknai sebuah kata "berkarya" sudah bergeser jauh,maka jangan heran apabila dalam beberapa waktu terakhir banyak para content creator memilih untuk meninggalkan passionnya,ya jawabannya sederhana,karena mereka sudah tidak di hargai lagi. Bayangkan sebuah konten yang dibuat memakai otak dalam pembuatannya,bisa di kalahkan dengan mudah oleh sebuah konten yang diciptakan nyaris tanpa otak.

Saya sebagai penulis berharap teman-teman pembaca blog ini untuk berhenti membuat orang bodoh menjadi semakin terkenal,jangan karena dengan alasan kebebasan berekspresi kalian rela membodohkan diri sendiri,merendahkan martabat manusia sebagai makhluk yang berakal,jangan sampai membuat Tuhan menyesal telah menciptakan kalian,hahahaa...

Sebelum saya mengakhiri blog ini,saya ingin mengutip sebuah kata dari seorang yang bernama Paul Joseph Goebels yang berkata "Kebohongan yang di ulang-ulang,akan membuat publik percaya" ,dan saya pelesetkan sedikit menjadi "kebodohan yang terus menerus dilakukan,akan membuat publik memaklumi dan ikut melakukannya".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline