Lihat ke Halaman Asli

candra tobing

Penulis Lepas

AI, Kosakata Menakutkan Abad 21

Diperbarui: 30 Mei 2023   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Disebuah kesempatan dalam perbincangan antara saya dan teman saya, dia mengatakan, "bagaimana jika semua pekerjaan nantinya dikerjakan oleh robot?", saya tak langsung menjawab melainkan hanya memberikan senyuman tipis tanda mengiyakan apa yang disampaikan.

Pun dalam banyak hal tersiar belakangan ini mengenai perkembangan AI- Artificial Intelligence, atau dalam bahasa ibu kita disebut sebagai kecerdasan buatan. Apa yang ada dalam rekaman aktivitas individu dicetak sehingga kemudian tampil sebuah blueprint akan apa yang kita mau seperti dahulu dikerjakan secara tradisional oleh otot dan itu terspesifikasi ke dalam apa yang kita inginkan oleh bantuan mesin dan otak komputer. Ketika seseorang ingin mengkloning suara misalnya, kita tidak akan tahu bahwa itu hasil dari olah teknologi yang mampu menciptakan suara identik dari si pemilik suara aslinya. terdengar sedikit menyeramkan memang, selain itu masih banyak lagi. 

Perkembangan teknologi dan mesin memang begitu cepat. Ketakutan mengiringi di belakangnya. Hal itu juga berpengaruh dalam berbagai bidang, tanpa terkecuali pekerjaan. Dalam jangka panjang, rasanya tidak ada pekerjaan yang benar-benar aman dari otomatisasi. 

Sebuah perusahaan E-commerce harus merumahkan ribuan karyawannya dengan penjelasan rasional, pekerjaan mereka sudah bisa diringkas dengan mesin, hemat tenaga, hemat waktu, hemat uang. Beberapa resto membuat terobosan dengan menciptakan robot pelayan, semua itu balik lagi kita menyebutnya sebagai kecerdasan buatan. 

Perusahan jasa keuangan kedepan tidak akan lagi memakai terlalu banyak tenaga kerja, teller Bank akan dipangkas jumlahnya, karena mesin setor tarik yang semakin presisi dan jauh lebih praktis, perusahan tidak hanya untung dari sisi tenaga kerja namun juga manusia millenial yang cenderung malas untuk berkomunikasi akan lebih nyaman melakukan self service, alhasil Bank yang semakin canggih akan semakin mendapat banyak peminat, dengan slogan ringkas, aman, tepat. Selain itu mesin yang tak punya emosi, sehingga tidak harus adu mulut dengan manusia lain sebagai costumer. 

Dari penjelasan tersebut, muncul ketakutan serius bagaimana mungkin manusia bisa bertahan hidup jika teknologi mengunggulinya. Sehingga konsentrasi kita pada manusia masa depan adalah bahwa semua pekerjaan akan terkonsentrasi pada sinergi manusia-AI. Atau katakanlah, bahwa manusia dengan pekerjaannya saat ini tidak bisa lagi menggantungkan hidupnya pada penghasilan tersebut seumur hidup. Manusia sekarang harus berlomba menghasilkan sesuatu, atau dengan kata lain Revolusi AI akan melahirkan pasar kerja yang ringkas bagi manusia, jangan lagi bermimpi akan bekerja pada satu institusi untuk 30 tahun mendatang. 

Sebagai penutup, narasi besar tentang AI memberi kita sikap bahwa kita harus membuncah, waspada dan berinovasi. Teknologi akan selalu berkembang, dan keterlambatan mengimbanginya hanya akan membuat kita tergusur. AI memang menjadi kosakata yang cukup menakutkan di abad 21. Namun yang paling menakutkan lagi adalah ketika kita hanya sebagai konsumen.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline