Seiringnya waktu, dunia internasional semakin berhadapan dengan isu - isu yang berkembang menjadi ancamanan keamanan nasional. Setelah berakhirnya Perang Dingin, isu isu non militer semakin terlihat kedudukannya dalam dunia internasional dan bagaimana isu - isu tersebut mempengaruhi stabilitas negara yang tertimpa. Salah satu isu yang semakin berkembang adalah isu migrasi.
Secara konseptual, migrasi diartikan sebagai perpindahan dari suatu tempat ke tempat lainnya yang melewati batas administratif dengan tujuan untuk menetap. Migrasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu migrasi internal dan internasional. Migrasi internal merupakan perpindahan dari suatu daerah ke daerah lain dalam lingkup negara, sedangkan migrasi internasional merupakan perpindahan antar negara.
Menurut the International Organization for Migration (IOM), migrasi merupakan proses perpindahan seseorang yang melewati batas suatu negara yang termasuk pengungsi, imigran ekonomi, dan orang yang berpindah dengan tujuan lain, termasuk reunifikasi keluarga. Secara umum, pelaku migrasi adalah kaum miskin, yang memiliki tujuan utama untuk melarikan diri ke negara - negara yang lebih berkecukupan agar dapat memenuhi kebutuhan sehari - harinya. Sehingga, migrasi dapat berpotensi membawa dampak buruk bagi keamanan dan sekuritisasi suatu negara.
Isu Imigran di Eropa:
Sejak selesainya Perang Dunia II, Eropa tercatat mengalami kebanjiran imigran yang berasal dari Vietnam yang melarikan diri dari Perang Vietnam pada 1955. Tidak berhenti disitu, pada tahun 1991, Eropa kembali tercatat dilanda migrasi manusia besar - besaran ketika Perang Yugoslavia. Seiringnya waktu, negara - negara Eropa dikenal sebagai tujuan utama ratusan imigran yang melarikan diri dari negaranya, yang pada umumnya sedang berkonflik. Hal tersebut disebabkan oleh pandangan para imigran yang menilai Eropa sebagai negara yang dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik dan layak untuk mereka.
Imigran Ilegal Laut Mediterania:
Salah satu isu yang memicu naiknya imigran Eropa adalah isu di negara - negara Afrika dan Timur Tengah. Selain karena faktor ekonomi dan keamanan, benua Eropa terpilih sebagai tujuan utama para imigran karena posisinya yang berdekatan dengan benua Afrika. Dalam perjalanannya, para imigran dari Afrika melalui Laut Mediterania Tengah. Mereka memulai proses perpindahannya dari negara asal mereka, menuju Libya, lalu menggunakan perahu menuju ke Italia.
Tindakan tersebut merupakan jalur migrasi yang dinilai sebagai yang paling bahaya. Hal tersebut disebabkan oleh jauhnya jarak antara Laut Libya dengan Laut Italia serta para imigran yang menggunakan kapal karet. Selain itu, terdapat data yang mencatat bahwa pada tahun 2015, terdapat 2.876 jumlah imigran yang tenggelam di Laut Mediterania Tengah. Korban dari jalur tersebut tidak berhenti disitu. Pada tahun 2016, jumlah imigran yang tenggelam semakin parah, yakni 4.581. Sehingga, perpindahan para imigran Afrika melalui jalur Laut Mediterania Tengah memicu kekhawatiran dan problematika bagi Italia dan negara - negara Uni Eropa.
Tanggapan Italia dalam menangani Imigran Ilegal Laut Mediterania:
Dalam menangani isu imigran ilegal Laut Mediterania, Italia telah menerapkan dan menciptakan beberapa kebijakan bersama dengan negara - negara Uni Eropa. Salah satunya adalah persetujuan pembentukan Operation Sophia pada tahun 2015. Operation Sophia adalah program yang diciptakan untuk menjaga perbatasan Laut Mediterania sehingga mengurangi jumlah imigran yang datang melalui daratan Afrika menuju Eropa.
Akan tetapi, program tersebut belum dianggap berhasil dalam membawa penurunan jumlah imigran yang datang. Penilaian tersebut diambil setelah adanya peningkatan jumlah imigran yang datang dari daratan Afrika menuju Italia pada tahun 2016.