Opini : TARIAN CACI DAN JATI DIRI PRIA MANGGARAI
(Penulis : Augustinus Triwan)
Tarian caci adalah tarian khas dari Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Tarian caci ini sudah sangat terkenal dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan di daerah Manggarai. Tarian caci sudah menjadi tarian tradisional yang mendunia, apalagi pertunjukannya sangat menarik dan memanjakan mata bagi penonton atau penikmatnya. Tarian ini bisa juga disebut dengan nama tarian perang, karena tarian memang seperti sebuah pertarungan antara dua kubu berbeda. Tarian caci kini menjadi salah satu kekayaan budaya seni Indonesia yang patut dilestarikan.
Sejarah Tarian Caci
Tarian caci merupakan tarian yang sakral bagi masyarakat Manggarai. Tarian ini dimainkan oleh para pria Manggarai yang mempunyai ketangkasan dan keberanian. Menurut sejarahnya tarian caci berasal dari desa Todo, kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai. Nama tarian caci secara etimologinya berasal dari dua kata yaitu 'ca' yang berarti satu dan 'ci' yang berarti uji. Jadi, tarian caci dapat diartikan sebagai tarian uji coba satu lawan satu dari kubu yang berbeda. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa nama tarian caci berasal dari nyanyian para penari yang berbunyi 'ca ci ca ci ca ci' saat pementasan. Pada intinya tarian caci merupakan tarian tradisional yang khas dari daerah Manggarai.
Tarian caci sendiri sering dipentaskan pada acara-acara adat ataupun pada pertunjukan-pertunjukan pada hari raya nasional dan juga pementasan pada acara-acara penting. Kini tarian caci sudah mendunia dan menjadi daya tarik wisata tersendiri di daerah Manggarai. Tarian caci sendiri dimainkan oleh dua kubu berbeda, dan dari setiap kubu mengutus satu orang untuk bertarung satu lawan satu.
Tarian caci ini dilakukan dengan cara menyabetkan cambuk kepada lawan, dan lawan di sebelah pun sudah siap untuk menahan serang dari musuh dengan tameng. Selama pementasan, para penari caci sering sekali bernyanyi dan mengeluarkan kata-kata yang mengagungkan diri ataupun kelompok, dalam bahasa daerah Manggarainya disebut dengan 'Paci'.
Peralatan yang digunakan dalam tarian caci adalah larik, nggiling, dan agang/koret. Sedangkan peralatan yang digunakan penarinya adalah panggal, tubi rapa, sapu, lalong ndeki, nggorong, sapu tangan, towe songke, deko bakok. Larik digunakan untuk menyabet lawan saat menyerang, nggiling dan koret digunakan untuk menahan serangan cambuk dari larik lawan. Panggal digunakan untuk melindungi kepala penari, tubi rapa digunakan untuk hiasan pada bagian bawah dagu, sapu digunakan untuk menutupi wajah penari saat dia menjadi penahan serangan, lalong ndeki digunakan untuk hiasan di bagian belakang pinggang, nggorong digunakan sebagai hiasan di bagian belakang pantat dan juga berfungsi sebagai penghasil bunyi dari irama gerakan tubuh penari, sapu tangan digunakan sebagai alas tangan saat memegang larik, nggiling, dan koret, towe songke digunakan sebagai penutup luar bagian bawah pinggang dan juga sebagai paduan luar dari celana putih di bagian dalam.
Bahan yang digunakan untuk membuat peralatan tarian caci itu sendiri, berasal dari kulit hewan dan batang tumbuhan. Seperti larik, pada bagian gagangnya menggunakan kayu yang dilapisi dengan kulit kerbau, kemudian nggiling, gagangnya terbuat dari kayu sedangkan bagian depannya yang berguna sebagai tameng, terbuat dari kulit kerbau atau rotan. Sedangkan agang/koret, terbuat dari bambu. Pembuatan peralatan tersebut juga bukan hal yang mudah perlu ketangkasan dalam membentuknya, terutama nggiling yang berfungsi sebagai tameng. Pembuatan nggiling perlu ketelitian agar nantinya saat digunakan tidak cepat rusak.
Peralatan seperti larik, nggiling dan agang/koret biasanya disimpan di rumah adat orang Manggarai. Peralatan tarian caci seperti larik, nggiling dan angang/koret, harus ada dan di setiap rumah adat di Manggarai. Karena tarian caci ini dalam adat Manggarai merupakan tarian yang mempertemukan dua kubu dari kampung yang berbeda. Itu makanya peralatan tarian caci tersebut harus dimiliki setiap rumah adat yang ada di Manggarai.