Lihat ke Halaman Asli

Disorientasi Gerakan 8 September Semarang

Diperbarui: 9 September 2022   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negeri ini sudah surplus masalah; kenaikan BBM; polemik RKUHP, pelanggaran HAM; dan sebagainya membuat masyarakat Indonesia naik pitam dan tidak habis pikir terhadap pemerintah. Tidak heran jika berbagai bentuk perlawanan dan unjuk rasa terjadi di berbagai daerah di Indonesia, tidak terkecuali Semarang.

Semarang merupakan salah satu kota yang selalu proaktif terhadap berbagai isu yang ada di skala regional, nasional, maupun internasional. Tidak heran jika tersimpan banyak aktivis di dalam perut kota Semarang, yang menjadi inisiator dan arsitek dalam menciptakan sebuah gerakan perlawanan terhadap kezaliman. 

Beruntung sekali kita masih memiliki sosok-sosok seperti mereka yang masih aktif menjalankan fungsi dan perannya sebagai mahasiswa yaitu agent of change, agent of social control, dan sebagainya.

Hadirnya kelompok aktivis tidak lantas kemudian menjadikan sebuah gerakan menjadi cerdas, kita perlu melihat sedetail mungkin apa saja yang dilakukan dari mulai konsolidasi, aktivitas media, pengkoordiniran massa aksi, sampai sejauh mana konsistensi mereka dalam mengawal kesepakatan bersama. 

Dalam meninjau hal tersebut mari kita bedah gerakan 8 September 2022 kemarin yang saya pikir cukup merepresentasikan sejumlah gerakan yang dilakukan akhir-akhir ini di Semarang. 

Yang pertama, sejauh mana mereka mengawal konsistensi kesepakatan. Dalam konsolidasi telah disepakati bersama bahwa skema aksinya adalah MEMAKSA MASUK GEDUNG, tetapi yang terjadi adalah penghianatan terhadap kesepakatan dengan dalih tidak diperbolehkannya massa untuk memasuki gedung, maka massa aksi yang penuh dengan semangat perjuangan pun terhenti di depan gerbang hanya karena korlap tidak segera memerintahkan massa aksi untuk MEMAKSA MASUK GEDUNG. 

Terlihat jelas sekali disini "korlap berjiwa dede bayi dengan segala ketakutannya" melakukan penghianatan terhadap hasil kesepakatan. Tidak heran jika di salah satu sesi demonstrasi massa melempari orator-oratornya sendiri yang ada di atas mobil komando, dikarenakan massa merasa dikhianati dan diinjak wibawa gerakannya oleh beberapa pihak (tau lah siapa pihak yang dimaksud).

Dalih yang mereka (aktor gerakan kemarin) gunakan untuk membenarkan perilaku munafiknya adalah siapa yang akan bertanggung jawab jika terjadi situasi yang buruk? Narasi-narasi seperti ini biasanya muncul dari jiwa yang teralienasi dari makna absolute gerakan massa, keringnya rasa empati terhadap penderitaan rakyat, dan dangkalnya pemahaman mengenai problem yang terjadi di negeri ini. Saya pikir sosok yang mereka idolakan seperti Munir pun akan sedih melihat tingkah konyol mereka, karena pejuang paripurna tahu bahwa tidak ada perjuangan yang menemui garis finish tanpa luka, darah, dan air mata, sebab perjuangan memerlukan pengorbanan.

Jangan anggap teman-teman yang turun kemarin hadir tanpa jiwa patriot yang tinggi. Tanpa disadari kegagalan kemarin mengukir sebuah kekecewaan yang amat besar di kanvas hati seluruh aktivis Semarang, dan peristiwa penghianatan ini akan terus diingat sampai kapanpun oleh teman-teman gerakan yang ada di Semarang.

Mungkin itu hanya sedikit otokritik dari saya, tidak mungkin saya jelaskan semua blunder kemarin di artikel ini.

Oh iya satu lagi nih, ada orang-orang yang berdiri di podium mobil komando dari awal sampai akhir, mereka itu siapa sih? Setahuku yang harusnya berdiri di sana korlap aja, kalo perlu sama korak dan beberapa orang orator selanjutnya.

#HIDUP RAKYAT INDONESIA




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline