Seorang lelaki yang setiap hari pergi keladang milik tuan tanah yang kaya raya, selalu giat dan tekun melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Berangkat pagi dan pulang pada sore harinya,tidak lupa pula dia membawa bekal untuk nanti dimakan jika waktunya telah tiba, kehidupannya hampir monoton seperti itu setiap hari.
Di ladang tempat ia bekerja, ada sebuah pohon mangga besar. Pohon buah mangga ini selalu berbuah tanpa mengenal musim, bahkan hampir setiap hari tumbuh benih buah yag baru, selalu ada tanpa terputus.
Setiap pagi lelaki ini selalu saja menemukan buah mangga yang terjatuh, buahnya tak pernah ada yang utuh, selalu saja rusak dan sebagian sisi buah mangga seperti ada yang habis memakannya. Dia tahu bahwa buah mangga yang terjatuh itu adalah ulah dari salah satu hewan.
Hewan ini suka sekali memakan mangga yang sudah ranum dan kemudian dia cicipi barang sedikit, tentu saja yag rasanya manis. Setelah itu apabila bagian yag manis menurutnya sudah tidak ada dan tinggal rasa masamnya maka, buah mangga tersebut akan dijatuhkan oleh hewan itu ketanah, sehingga buahnya akan hacur dan buah itu tak bisa menuntut ganti rugi. Hewan ini tak lain yang bernama Codot.
Ya, begitulah memang adanya. Dia akan menikmati yang manis apabila sudah sepah, maka akan di buangnya.
Namun pemuda ini tak terlalu ambil pusing dengan keadaan yang seperti itu, meskipun tak jarang juga dia yang membersihkan buah mangga dari sisa Codot tersebut. Dia kumpulkan kemudian dia tempatkan di satu tempat agar buah yang sudah rusak tersebut bisa di terima bumi untuk di daur ulang dan bisa menjadi bermanfaat bagi kesuburan tanah. Apa yag dilakukan oleh pemuda itu tak pernah ada yang tahu, bahkan buah mangga yang sudah diterima bumi untuk di daur ulangpun tak pernah mengetahui bahwa; karena si pemuda itulah mereka dikumpulkan menjadi satu dan bisa menjadi sebuah pupuk organik yang bermanfaat bagi tanah dan kehidupan di bumi sekitarnya.
Pada suatu ketika rupanya pemuda ini juga ingin merasakan buah mangga yang setiap hari di lihatnya, ada banyak buah pada pohon besar itu maka tahap awal dia mencoba melihat-lihat beberapa buah mangga yang menurutnya merupakan buah yang bagus, dia jaga agar tidak di dahului oleh Codot-Codot yang tak memiliki perasaan.
Beberapa hari di pastikan bahwa mangga bidikannya masih ada sampai nanti menunggu dia petik sendiri. Seperti biasa pada sore hari pemuda pulang ke rumah singgahnya untuk istirahat agar esok bisa lebih segar dan semangat untuk bekerja. Mataharipun sudah menampakkan wajahnya lagi.
Pagi yang cerah, sang pemuda berjalan ke ladang tempat dia bekerja. Sesampainya di ladang betapa kagetnya pemuda ini, semua buah mangga telah jatuh ketanah dalam kondisi rusak dan tak bisa di apa-apakan lagi. Bahkan, mangga yang dibidiknya juga terjatuh dan tak bisa dimakan. Lagipula siapa yang mau memakan buah yang habis dimakan codot, betapa hina jika aku memakan sesuatu bekas hewan, begitu hatinya bicara.
Dengan hati yang dongkol diapun berkata kepada Codot;
Dasar codot sialan.