Pemain Abroad sebagai Agen Perubahan Sepak Bola
Belum lama ini setelah gelaran AFF Suzuki Cup 2020 berakhir, muncul isu-isu bernada positif soal beberapa pemain Timnas Indonesia yang dilirik dan didekati oleh Klub-klub dari Liga di luar Indonesia.
Bahkan salah satu petinggi klub di Indonesia, sempat melontarkan statement tentang Pemainnya yang sedang di dekati oleh klub-klub dari Liga luar. Yoyok Sukawi, CEO klub Liga 1 Indonesia, PSIS Semarang, berujar bahwa ada beberapa klub dari Liga luar yang sedang mendekati 2 pemain PSIS, Alfeandra Dewangga dan Pratama Arhan.
Yoyok, yang sudah malang melintang mengelola PSIS Semarang sejak era Divisi Utama Liga Indonesia ini, mengatakan bahwa dirinya dan Klub siap untuk "mengawal" dan mendukung proses perekrutan Dewangga dan Arhan oleh beberapa klub Luar negeri yang tertarik pada keduanya.
Yoyok menambahkan sekaligus menggaris bawahi, bahwa PSIS hanya akan melepas Dewangga dan Arhan ke Klub luar, namun tidak untuk Klub-klub di Liga 1 Indonesia meskipun dibayar dengan harga yang selangit. Walaupun saya termasuk penggemar PSIS Semarang sejak era Bonggo Pribadi, namun bukan berarti setiap statement Yoyok saya amini. Tapi untuk kali ini, saya satu pendapat dengan Yoyok.
Buat saya, statement Yoyok tersebut adalah angin segar bagi para pesepakbola di Indonesia yang ingin berkarir di Luar Negeri (Abroad). Karena yang sering terjadi, pada umumnya pemain-pemain di Liga Indonesia, seolah "dihalang-halangii" oleh klubnya sendiri jika ingin berkarir dan bergabung dengan klub di Luar Negeri. Ntah apa alasannya, yang jelas kejadian semacam ini cukup banyak kita temui di era-era Liga Indonesia sebelumnya.
"Penghalangan" oleh Klub terhadap karir pemain yang ingin ke luar negeri, adalah trend negatif yang seharusnya diputus dan ditinggalkan. Apalagi jika dihadapkan dengan kenyataan bahwa Kompetisi Liga Indonesia punya banyak keterbatasan, dan bahkan bukan termasuk Liga terbaik di Kawasan regional ASEAN sekalipun.
Untuk saat ini saja, menurut update terakhir, Kompetisi Liga 1 indonesia ada di peringkat 26 dalam Rangking Kompetisi AFC. Masih ada dibawah beberapa negara ASEAN seperti Thailand (9), Vietnam (14), Filipina (19), Malaysia (20), dan Singapura (24).
Jika alasan "penghalangan" tersebut adalah soal Prestasi Klub, maka ini adalah sebuah pemikiran yang sangat tertinggal -jika tidak bisa disebut primitif- dalam Dunia Sepak bola yang modern saat ini. Prestasi Klub dalam sebuah kompetisi tidak hanya ditentukan oleh pemain-pemain yang dianggap berbakat dan potensial.
(Baca juga: "Duri dalam Daging" dan "Kambing Hitam" Timnas Indonesia)
Karena ada banyak faktor yang menentukan prestasi klub dalam sebuah kompetisi Liga. Justru dengan adanya pemain yang dilirik dan direkrut Klub Liga luar, maka hal ini akan sedikit banyak memberikan eksposur terhadap klub-klub di Liga Indonesia yang pemainnya diminati oleh klub dari Liga luar.