Lihat ke Halaman Asli

Covid-19: Persepsi dan Prevensi

Diperbarui: 23 Oktober 2020   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Corona Virus disease 2019, merupakan infeksi yang menyerang sistem pernapasan. Covid-19 disebabkan oleh virus Corona yang telah disimpulkan sebagai Corona jenis baru dan diberi nama SARS-Cov-2 oleh komite internasional yang berkaitan dengan taksonomi virus.

Penularan virus Corona melalui droplet (percikan) dan bersifat airborne yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi, ketika bersin atau batuk yang kemudian masuk ke tubuh manusia lainnya lewat mata, mulut ataupun hidung. 

Kejadian covid-19 pertama kali muncul di Kota Wuhan, Cina pada akhir 2019 yang kemudian menyebar keseluruh dunia sehingga ditetapkan sebagai pandemi. Sars-Cov-2 yang saat ini menyebar, memiliki kesamaan hampir 96 % dengan Coronavirus yang ada pada kelelawar sehingga dicurigai sebagai penyakit zoonosis yang ditularkan pertamakali oleh kelelawar yang ada diwilayah kota Wuhan.

Tanda dan gejala yang muncul pada orang yang terpapar virus corona adalah mengalami pernapasan yang ringan maupun berat. Pada orang yang memiliki kemampuan imun, usia yang muda atau tidak memiliki penyakit paling sering hanya akan merasakan gejala seperti flu biasa bahkan tidak memiliki gejala sama sekali dan mampu sembuh dengan sendirinya. Namun, bagi mereka yang memiliki penyakit seperti diabetes, masalah kardiovaskuler, atau penyakit pernapasan bahkan kanker kemungkinan mengalami perkembangan penyakit yang serius. 

Ketika virus mampu berkembang atau bereplikasi dengan baik didalam tubuh maka kejadian terparah adalah mengalami pneumonia, gangguan pencernaan, penurunan sistem imun, gagal ginjal bahkan kematian.

PERSEPSI SEHAT-SAKIT

Kemampuan replikasi dan inkubasi virus corona yang sangat bergantung pada beberapa faktor lain seperti sistem imun, usia dan keberadaan penyakit lain didalam tubuh sehingga tingkat perkembangan dan keparahan virus pada masing-masing orang sangat berbeda. Hal ini tentu akan menjadi kesulitan dalam rangka memberikan edukasi pada masyarakat tentang bahaya virus. 

Seperti yang diketahui dalam budaya orang Indonesia, persepsi sehat-sakit sangatlah dipengaruhi oleh kebiasaan dan pengalaman masa lalu. Persepsi tentang sehat-sakit orang Indonesia lebih banyak berkutat pada keadaan fisik seseorang, sehingga muncul pandangan bahwa orang akan disebut sakit apabila sudah tidak mampu menjalankan atau melakukan aktivitas sehari-hari. 

Pada saat pandemi ini, sering sekali ditemukan atau disaksikan baik secara langsung atau dari media yang menggambarkan banyak sekali terjadi perselisihan antara mereka yang terindikasi terinfeksi virus corona dengan petugas kesehatan, bahkan sering diberitakan pasien atau orang yang dikarantina kabur dari rumah sakit. 

Perselisihan yang terjadi merupakan akibat dari persepsi masyarakat bahwa tubuhnya tidak terjadi apa-apa sehingga dia tidak butuh pengobatan dan karantina seperti yang diwajibkan pada masa pandemi.

Pada masa pandemi selain ketersedian sumber daya manusia dan juga sarana prasarana, membentuk persepsi masyarakat juga menjadi bagian penting bahkan vital pada saat pandemi ini karena pada dasarnya masyarakatlah yang merupakan "garda terdepan" untuk meredam bahkan melewati masa pandemi Covid-19 ini. Persepsi dan pemahaman masyarakat yang baik akan sangat meringankan langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline