Entah kenapa, di luar efek domino pindahnya Damian Lillard dan James Harden kelak, klo emang jadi, keseruan perpindahan pemain tidak seseru musim-musim sebelumnya mengingat perpindahan pemain cenderung lebih menarik ketika didahului pemain bintang.
Musim ini, lantaran mayoritas pemain bintang tersebut baru menjalani awal masa kontrak (tahun kedua dari biasanya tiga sampai lima musim masa kontrak) plus anggaran gaji mayoritas tim NBA berada di atas salary cap, perpindahan pemain cenderung ditujukan untuk mengisi posisi atau aspek yang dirasa kurang musim lalu (terutama skill), terutama lewat free agency.
Terlebih mayoritas rookie NBA musim ini, di luar shooter jangkung Brandon Miller dan Victor Wembanyama (Wemby) yang jangkung luwes dan punya skill komplet untuk seorang center/point guard, rata-rata tidak terlalu tinggi (kurang lebih antara 201-206 cm).
Namun tangkas, yang mungkin butuh penyesuaian agak lama untuk bisa masuk rotasi, kecuali mungkin enam draft teratas (Wemby, Miller, Scoot Henderson, kembar Amen dan Ausar Thompson, Anthony Black, plus mungkin Jarace Walker yang di atas kertas langsung dibutuhkan timnya untuk mengisi posisi starter.
Munculnya pemain bertipe tangkas (baca: cepat dan bertenaga) dalam tiga empat musim terakhir memang bukan hal yang aneh mengingat, terutama di babak reguler, serangan tim-tim NBA dimulai dari area tiga angka, baik lewat tembakan, tusukan, atau pergerakan tanpa bola, yang kerap diakhiri lay up atau slam dunk.
Sayangnya belum diikuti meningkatnya jumlah center lincah jangkung jago ngeblok sebagai pilar pertahanan terakhir gaya permainan NBA era sekarang yang sayang juga cenderung menipis, termasuk untuk proyeksi rookie musim mendatang).
Seperti juga tim-tim lain, rookie Lakers Jalen Hood-Schifino (198 cm) dan Maxwell Lewis (201 cm) juga tangkas (dan condong jago menyelinap di antara pengawalan pemain lawan).
Salah satu kelebihan Schifino ada pada umpan-umpan ajaibnya yang meski jarang muncul, bisa sesekali memecah kebuntuan permainan Lakers.