Jika ada yang bertanya, tim NBA mana yang masih bermain ketat hingga empat sampai dua menit jelang pertandingan terakhir, rasanya Oklahoma City Thunder (OKC) bisa masuk itungan.
Itungan di atas kertasnya jelas, tim yang dipimpin Chris Paul ini, dari empat belas kali kekalahan, sembilan di antaranya hanya tertinggal kurang dari enam poin empat menit jelang pertandingan tersisa.
Bahkan, dari sembilan "kekalahan berkualitas" tersebut enam sampai tujuh pertandingan di antaranya terbilang ketat hingga satu menit atau tiga puluh detik terakhir jelang game berakhir, termasuk ketika melawan tim dengan rekor paling meyakinkan di NBA musim ini Milwaukee Bucks yang sempat mereka samakan kedudukannya 114-114, 30 detik jelang quarter keempat berakhir, serta Clippers, tempat sebagian pemain OKC musim ini bernaung.
Tiga puluh detik jelang pertandingan berakhir, Chris Paul, mantan playmaker Clippers, malah sempat membuat OKC unggul 96-97. Bukan mustahil, pada dua game tersebut OKC bisa unggul, andai kata Danilo Gallinari memasukkan tembakannya. Bucks, Clippers, dan Lakers adalah tim-tim terbaik NBA (dilihat dari posisi klasemen) yang pernah mereka hadapi sejauh ini.
Gallinari, Chris Paul, dan Shai Gilgeous-Alexander (SGA), meskipun pemain bagus memang kurang dikenal sebagai closure, pemain yang bisa menutup pertandingan di detik-detik terakhir layaknya Steph Curry, Damian Lillard, atau James Harden yang nyaris selalu bagus di babak reguler. Kebetulan ketiganya adalah tipe pemain yang bisa menembak tembakan tiga angka dari jarak jauh pisan (nyaris setengah lapangan), kapan pun mereka mau, terutama saat melihat celah.
Tipe-tipe pemain seperti ini biasanya otomatis punya dua senjata lain, operan tak terduga, sama kemampuan menyerang bawah jaring yang lebih dari lumayan.
SGA memang pemain bagus. Kemampuan bertahan dan keseimbangan saat menembaknya bahkan sudah teruji saat masih bermain bersama Clippers, namun kemampuannya menyelesaikan serangan di menit-menit terakhir belum sepenuhnya teruji.
Pun dengan Chris Paul. Meski punya tembakan tiga angka mematikan, visi yang bagus, serta keseimbangan paten saat menembak, CP3 kurang dikenal sebagai pemain yang jago menyelesaikan serangan lewat lay up, meski mid-range jump shot-nya dikenal sebagai salah satu yang terbaik di NBA.
Padahal, kemampuan menyerang bawah jaring adalah salah satu cara mendapatkan tembakan bebas karena mau tidak mau biasanya pemain lawan akan melanggar pemain yang mencoba menyerang bawah jaring.