Lihat ke Halaman Asli

Skenario Draft NBA 2017

Diperbarui: 14 Juni 2017   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: nypost.com

Mungkin bagian ini bukan di bagian favorit penikmat NBA di Indonesia. Mana asik menyaksikan pemain yang belum tentu jadi siapa-siapa akan bergabung ke mana. Kita nggak akan tahu kayak apa mereka maen nantinya. Hanya saja, boleh dibilang, di sinilah drama NBA dimulai. Sederhananya, NBA terbentuk dari sini. Pemain seperti Anthony Davis, dipilih di sini. Big man dengan kemampuan lengkap, termasuk mengumpan, mengeblok tembakan, mengambil bola pantul, dan tembakan tiga angka, meski akurasinya menurun selepas rentetan cedera. Franchise Player (Identitas tim) yang baru sempat sekali membawa timnya masuk playoff sejak draft pick.

www.rantsports.com

Menariknya draft dirancang untuk memenuhi kebutuhan tim. Posisi mana yang harus diperkuat, di situlah biasanya kesempatan tim peringkat bawah untuk memilih. Jadi rasanya rada kurang pas buat tim seperti Philadelphia 76ers, yang punya Center selengkap Joel Embiid, mengambil Laurie Markkanen, forward yang dari videonya aja udah keliatan kalah atletis (baca: kalah cepat dan bertenaga ketimbang Embiid), terlebih sixers masih Jahlil Okafor, center ofensif yang musim lalu kemampuannya cukup lengkap di sekitar area lemparan bebas. Hanya saja skenario ini bisa bubar kalok musim depan Embiid dan Okafor, yang rentan cedera blom pulih juga.

Sumber: vip.townnews.com

Mereka juga punya Ben Simmons, guard berpostur forward yang punya visi luar biasa yang seakan punya mata di belakang kepala. Jadi pilihan mereka bisa jadi nggak akan jauh-jauh dari pemain yang bukan cuma bisa bikin peluang buat pemain lain tapi juga nyelesain sendiri peluangnya. Reliable scorer, volume shooter, iso player, terserah kita mau menyebut yang mana. Meski iso player lebih tepat disematkan buat pemain egois yang jago ngelewatin pemain, satu lawan satu buat ngecetak angka.  Allen Iversen, Tracy McGrady, dan Kobe Bryant bisa masuk kategori itu.

Tahun ini, kebetulan pilihan guard cukup berlimpah, meski kenyataannya, kita masih harus bermimpi melihat pemain dengan akurasi seasik Steph Curry. Markelle Fultz, bisa jadi pilihan terbaik mereka. Fultz memiliki apa yang tidak dimiliki Ben Simmons, jago mencetak angka dari LEBIH BANYAK POSISI secara KONSISTEN, termasuk dengan cara meliuk-liuk ke  paint area, sesuatu yang secara teori tidak dimiliki pemain seatletis Embiid.


Channel: draftexpress

Meski kaya variasi serangan, sebagai pemain mungil penuh pesona, Fultz jelas punya kekurangan. Selain kontrol bolanya masih gampang lepas. Fultz masih lebih suka pull up jumper, adep-adepan satu lawan satu, ketimbang ngelewatin lawan yang secara postur memungkinkan dikacangin kayak yang bisa saksikan bersama di menit 3.46 dari video hasil pengamatan draftexpress yang kesohor sejak jaman baheula jadi referensi awam menilai keterampilan pemain masa depan pujannya.  


Channel: Lakers Film Room

Kalaupun pilihan Sixers bukan Fultz, masih ada sosok seflamboyan Lonzo Ball. Meski dianggap nggak selengkap Fultz, Ball boleh dibilang jadi ladang highlight. Cara nembak tiga angkanya yang nyentrik serta umpan jauhnya yang spektakuler amat cocok ditongkrongin di program aksi memukau para pemain NBA, yang rata-rata berdurasi lima sampai tujuh menitan. 

Sayangnya basket itu permainan yang durasi rata-ratanya sekitar 28 menit buat para starter. Gaya nembak tiga angkanya yang unik, lompat sembari seakan mundur ke belakang bikin peluang tembakannya masuk lebih besar lantaran jarak antara Ball dan pemain lawan jadi lebih lebar, Ball juga banyak disuka penonton muda lantaran jarak tembakannya terbilang cukup jauh dari lingkar luar. Bisa dibilang mirip Curry. Tapi sekali lagi saya bilang. Masih terlalu jauh bermimpi bisa liat pemain yang tembakan tiga angkanya mirip Curry. Ruang tembak yang lapang bukan berarti akurasi tembakan tiga angka Ball sekonsisten Curry.

Foto dipinjem dari Channel Lakers Film Room (bolanya masuk lho)

Jadi penikmat pertandingan Lakers dalam dua musim terakhir buat saya belajar banyak. Nongkrongin sekitar 65-72 pertandingan Lakers tiap dua pagi sekali buat saya paham. Bekal akurasi tembakan tiga angka dari NCAA nggak selamanya cukup.  Gaya bermain yang halus dan kurang bertenaga D’angelo Russell memang asik dilihat terutama kalok tembakannya meluncur mulus ke jaring, tapi posturnya yang kurang jejeg (kokoh) dan minim tenaga membuat tembakannya nggak selamanya konsisten dan pernah cuma masukin 2 dari 11 kesempatan nembak (vs. Utah Jazz), 2 dari 9 kesempatan (versus Nuggets), 3 dari 10 kesempatan (versus Timberwolves), atau 3 dari 11 tembakan tiga angka (vs. Bulls). 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline