Lihat ke Halaman Asli

Queen (2014)

Diperbarui: 18 November 2015   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption="http://stylenfashion.pk "]

Film Bollywood apa yang paling menjulang dalam dua tahun belakangan ini? Pertanyaan ini sepertinya lebih pas ditanyakan pada sesama awam, kayak saya, sama mereka yang nggak paham film Hindi, kita-kita yang baru ngeh ketika filmnya mekar dan jadi bahan pembicaraan: Baahubali: The Beginning, Haider, Bajrangi Bhaijiaan, Happy New Years, PK, Chennai Express, atau malah Prem Rafan Dhan Payo?

Saya pribadi terbilang yakin kalau cuma PK yang masuk kategori fenomenal, sisanya serasa baru denger.  Bahkan seingat saya, PK udah bisa dilihat secara daring, kurang dari sebulan setelah tayang, berikut sulih bahasanya, layaknya Doraemon. Kenapa saya tau? Kebetulan  ikut latah  berburu filmnya, seminggu sehabis tayang di sono (saya nggak bilang nggak nemu versi mentahnya lo ya). Eh, bukannya nemu versi sub Indonesia eh Inggris, saya justru jjodoh ama Queen

Adegan pembuka Queen sebenarnya malesin banget, nari, meriah tapi nggak mewah, jelang pernikahan, nunjukan rasa syukur orang tua atas pernikahan putrinya, seminggu sebelum prosesi  digelar. selagi asik nari, mempelai pria justru minta calonnya ketemu empat mata. Padahal pamali, bisa nggak jadi, katanya. Tapi bagaimana kalau mempelai prianya malah minta udahan, B-U-B-A-R.

Alasannya sederhana, mempelai perempuan terlalu bersahaja, nggak macem-macem. Beda banget sama mempelai pria yang jebolan luar negeri. Mempelai pria beralasan, nantinya calon istrinya justru bakal kesulitan mengikuti ritme hidupnya yang cepat dan dinamis. Pergi pagi pulang malam, tinggal berpindah, hari ini di London, bulan depan belum tentu di Stockholm #eh. Persaingan mengejar prestasi juga terbilang tinggi. Calon suami khawatir kekasihnya tidak bisa mengikuti ritme hidupnya kelak, itu saja. Ritme hidup memang nggak selalu sama dengan gaya hidup, namun apakah mempelai perempuan mampu beradaptasi dengan rutinitas seperti ini, masih tanda tanya. 

Pembatalan pernikahan berarti konsekuensi logis. Undangan batal, katering apalagi (komen laper), perempuan mana yang nggak tertunduk lemas karenanya, kegagalan pernikahan berarti membuat keluarga malu, terlebih buat keluarga mempelai perempuan, bisa-bisa perempuan ini bakal di-blacklisted dari daftar calon mantu se-India (lebay).  Kirain, ni kirain lo ya, kita bakal diajak nonton kisah pengembalian mahar yang dikasih keluarga mempelai wanita sama mempelai pria,  artinya pernikahan tidak berlanjut, ternyata …   

Bagian menariknya justru baru dimulai, no money, no dowry also, Rani justru tetap berangkat berbulan madu, sendiri, ke Perancis.

Ngeliat petualangan Rani di Paris, rasanya pendapat mempelai pria ada benernya, seenggaknya sampai detik saya baca tulisan ini. Rani jadi cermin kita, setidaknya saya, mungkin, ketika pertama kali berkunjung ke negeri orang, antusias, norak, segalanya pengen dicoba, termasuk nyambangin menara Eifel, semakin berusaha mendekat, Eifel justru serasa makin menjauh, kurang masuk akal sih, bukan soal Eifel tapi Rani, kenapa Rani nekat berada di Paris sendiri, tanpa tour guide sekalipun …   

Ngeliat petualangan Rani, pendapat Vijay lagi-lagi serasa ada benarnya. Rani belum merasa intim sama apa yang diliatnya di Paris, mulai dari keakraban antar sesama manusia di sana sampai apa yang didengernya sekilas dari balik tembok kamarnya,

Tapi apa yang kita saksiin nggak selalu seperti yang kita bayangkan. Rani ternyata biasa saja melihat perempuan di seberang kamarnya ngerokok, perempuan pertama yang ngajak Rani bicara, bener-bener bicara, bukan sekedar nanya atau ngejawab apa yang Rani pengen tau, Vijaylakshmi namanya. Rani hanya kurang nyaman melihat kemesraan antar berpasang-pasang manusia saja, bukan ekspresi mereka. Lagipula, Rani biasa aja pas ngeliat Vijaylaksmi ngejitak pacarnya pake bibir #eh. 

Rani rasanya bukan sosok langka di sekitar kita, sederhana, bersahaja tetapi bukan berarti nggak melek teknologi, Rani pun tak gagap bertatap muka dengan keluarganya hanya lewat layar plasma, tidak salah kalau saya sebut  amat Indonesia, seakrab bahasa sansekerta yang disematkan pada nama Rani, berarti Ratu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline