COVID-19 merupakan pandemi yang muncul sejak bulan Desember 2019 hingga saat ini pada awal bulan April 2020. Pandemi ini memberikan dampak yang cukup besar pada perekonomian global.
Hal ini ditunjukkan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang mana akan berada dibawah 2% dan juga aktivitas perekonomian menurun sebesar 1.9%.
Pada kuartal pertama, produk domestik bruto (PDB) di US turun sebesar 3.3%, Eropa turun sebesar 4.2% dan UK turun sebesar 3.9%. Sedangkan PDB China saat ini berada dibawah 2%.
Penurunan PDB di beberapa negara menunjukkan bahwa dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian sangat besar. Penurunan PDB ini merupakan akibat dari volatilitas nilai tukar pada masing-masing negara.
Menurut Achoua Barguellil, Ousama Ben-Salha dan Mourad Zmami (2018) dalam jurnal "Exchange Rate Volatility and Economic Growth", mereka mengatakan bahwa volatilitas nilai tukar memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dampak dari volatilitas nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar dan keterbukaan keuangan masing-masing negara. Mereka menambahkan bahwa volatilitas nilai tukar lebih berbahaya ketika negara mengadopsi sistem nilai tukar yang fleksibel dan keterbukaan keuangan.
Uni Eropa dengan mata uang euro yang menganut sistem nilai tukar mengambang bebas. Ketika masa pandemi ini berlangsung, kurs mata uang euro berfluktuasi dan pada tanggal 22 Maret kurs euro berada pada titik yang terendah.
Perlemahan kurs euro merupakan akibat dari semakin meluasnya penyebaran virus corona di benua biru ini. Hal ini menunjukkan bahwa volatilitas nilai tukar pada masa pandemi ini menyebabkan penurunan GDP hingga 4.2%.
Penurunan GDP di eropa merupakan akibat dari kebijakan lockdown yang dilakukan oleh beberapa negara di benua biru, seperti Italia, Jerman, UK, Spanyol, dan lainnya.
Lockdown yang dilakukan beberapa negara ini menyebabkan penurunan pendapatan negara yang sangat signifikan, karena pendapatan negara-negara di eropa berasal dari sektor pariwisata.
Dimana penutupan event seperti Serie A, Premier League, dan lain-lain yang merupakan kran pendapatan di benua biru. Kemudian juga pada sektor industri non primer yang tidak berproduksi memberikan dampak besar terhadap PDB.