Bahkan di balik riuh rendah ini aku masih bersikukuh menghamili sorga.
Dan rahim tempat kesegalaan yang ada terberi telah lama berlalu.
Hingga keterlemparan pada dunia adalah pertemuan pertama ku akan haus dan lapar.
Dan pertama kali alam mengajarkan bagaimana cara merengek.
Keterlemparan dari bibir rahim merupakan pengenalan penuh cinta dengan ketakutan dan ketakberdayaan.
Bahkan hidup seperti upaya menjinakkan terus menerus trauma masa lalu,ketakutan,kecemasan,beban masa kecil,takdir waktu dan ketakberdayaan.
Hingga aku menyadari ketakutan tidak pernah hidup di dalam rahim.
Sementara kelahiran adalah momentum, begitu sebaliknya.
3/8/16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H