Lihat ke Halaman Asli

Calya Maharani Putri Yuzerman

Universitas Darussalam Gontor

Kompleksitas Sengketa Laut China Selatan Melalui Lensa Neorealisme

Diperbarui: 17 Agustus 2024   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Latar Belakang

Laut china Selatan menjadi salah satu perairan yang memicu kontroversi antar 6 negara, yaitu Republik rakyat China, Republik China (Taiwan), Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, Filiphina, dan Indonesia. Dimana laut china Selatan menggugus 2 kepulauan besar yaitu kepualauan spartly dan paracel, dan laut natuna. Sehingga memicu konflik dengan negara-negara tetangga yang terambil setengah wilayah perairan dengan negara china. (Harini, 2012)

Konflik antar negara yang saling mengklaim atas kepemilikan domain ini bermula ketika tahun 1970 di dasawarsa, berlanjut sampai tahun 1980, 1990,2010 hingga tahun 2024 ini. Kontroversi bermula ketika China mengeluarkan peta baru dengan klaim nine dash line (9 garis putus-putus). Hal ini telah melanggar hukum laut internasional (UNCLOS 1982) karna telah mengklaim historis penemuan peta dari nenek moyangnya tersebut. Konflik Laut Cina Selatan merupakan isu yang kompleks yang melibatkan sengketa teritorial dan persaingan klaim atas sumber daya dan jalur perdagangan di wilayah tersebut. Untuk menganalisis konflik ini, kita dapat menggunakan konsep neorealisme, yaitu sebuah kerangka teori dalam hubungan internasional yang berfokus pada distribusi kekuasaan di antara negara-negara dan kendala struktural yang membentuk perilaku mereka. (Imam Santoso, 2022)

Pembahasan

Neorealisme, yang juga dikenal sebagai realisme struktural, berpendapat bahwa negara-negara pada dasarnya didorong oleh masalah keamanan mereka sendiri dan pengejaran kekuasaan dalam sistem internasional yang anarkis. Menurut neorealisme, negara adalah aktor rasional yang berusaha memaksimalkan keamanan dan kelangsungan hidup mereka dalam sistem swadaya di mana tidak ada otoritas yang lebih tinggi untuk menegakkan aturan atau menyelesaikan konflik.

Dalam konteks konflik Laut Cina Selatan, neorealisme menyatakan bahwa perilaku negara-negara, khususnya Cina dan Amerika Serikat, dapat dipahami dalam konteks pengejaran kekuasaan dan keamanan. Ketegasan Cina dalam menegaskan klaim teritorialnya dan memperluas kehadiran militernya di wilayah tersebut dapat dilihat sebagai upaya untuk meningkatkan keamanannya dan menjadikan dirinya sebagai hegemon regional. Di sisi lain, keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik tersebut, termasuk operasi kebebasan navigasi dan dukungan terhadap mitra-mitra di Asia Tenggara, dapat dilihat sebagai respon terhadap kebangkitan Cina dan upaya untuk mempertahankan pengaruh dan kepentingan keamanannya di kawasan.

-Dinamika Kekuasaan:

Neorealisme menyatakan bahwa negara-negara berusaha untuk memaksimalkan kekuasaan dan pengaruh mereka untuk memastikan keamanan dan kelangsungan hidup mereka. Dalam konteks sengketa Laut Cina Selatan, kebangkitan Cina sebagai kekuatan global telah mengubah lanskap geopolitik regional secara signifikan. Meningkatnya kemampuan militer dan perilaku asertif Cina di Laut Cina Selatan telah menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara pengklaim dan aktor eksternal lainnya, seperti Amerika Serikat.

-Kekhawatiran Keamanan:

Neorealisme berpendapat bahwa negara-negara memprioritaskan keamanan mereka dan terdorong untuk memperoleh kekuatan untuk menangkal potensi ancaman. Di Laut Cina Selatan, wilayah-wilayah yang disengketakan memiliki nilai strategis yang penting karena kaya akan sumber daya alam dan jalur perdagangan. Kontrol atas wilayah-wilayah ini memungkinkan negara-negara untuk memproyeksikan kekuatan dan mengamankan kepentingan ekonomi dan strategis mereka. Tumpang tindihnya klaim dan persaingan untuk menguasai wilayah tersebut telah menyebabkan ketegangan dan militerisasi wilayah tersebut.

-Mengejar Kepentingan Nasional:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline