Mengakhiri tahun 2021, izinkan saya menceritakan pengalaman saya beberapa waktu terakhir bersama dengan pelaku UMKM seni lukis di Desa Ngestiharjo, Bantul, Yogyakarta.
Dalam rangka melaksanakan project KKN (Kuliah Kerja Nyata) dari kampus, saya bersama dengan teman kelompok saya; Monic, Memes, dan Nike melaksanakan kunjungan (live-in) di desa Ngestiharjo. Dengan tema ARTPRENEURSHIP, kami mendampingi pelaku UMKM seni lukis dalam proses digitalisasi bisnis lukisan mereka.
Ga bisa dipungkirin kalau pandemi ini membuat dunia kreatif dan seni, termasuk seni lukis juga terdampak. Khususnya pada aspek penjualan dan pemasukan mereka. Yang bikin lebih resah adalah ketika ternyata penghasilan satu-satunya pelukis adalah dari jualan hasil karya lukisnya.
Kebayang banget dong gimana resahnya mereka ketika pandemi ini ga selesai-selesai dan segala aktivitas pameran yang mana jadi salah satu sumber pemasukan mereka juga ditiadakan. Dan ternyata selama ini, mereka terbiasa mengandalkan para "langganan" sebagai customer tetap mereka. Jadi, di kondisi pandemi yang mana daya beli terhadap lukisan turun, hasil penjualan pun tidak lancar seperti biasanya.
Melihat kondisi ini, kami berpikir bahwa penggunaan media sosial untuk media bisnis bagi para pelaku UMKM seni lukis sepertinya layak dicoba dan berpotensi menjadi solusi bagi permasalahan mereka saat ini. Kami berpikir bahwa dengan melebarkan sayap ke dunia digital, pelukis-pelukis nan hebat ini akan lebih dikenal oleh masyarakat banyak, sehingga walaupun daya beli rendah, tetapi kemungkinan orang-orang yang membeli menjadi lebih banyak.
Perkenalkan, ini adalah foto kami bersama Pak Agus, Pak Semi, Pak Sumadi, dan Pak Pomo, mereka adalah pelaku UMKM seni lukis yang kami dampingi selama proses live-in.
Kami mengawali pertemuan dengan berbincang santai dan memberikan penjelasan mengenai apa yang akan kami lakukan selama beberapa hari ke depan. Dimulai dengan pemaparan materi mengenai media sosial sebagai platform bisnis oleh Mba Yohana Silviani Eka Budiana.
Keesokan harinya, giliran kami yang memberikan materi terkait dengan Teknis Penggunaan Instagram sebagai media bisnis. Kami berbicara banyak terkait dengan fitur-fitur dan fungsinya.
Sekalipun materi yang disampaikan cukup ringan, tetapi dengan perbedaan usia dan paparan teknologi yang berbeda lintas generasi membuat proses ini mengalami kesulitannya tersendiri.
Kami melihat bahwa daya tangkap yang tidak secepat anak muda pada umumnya menjadi faktor utama. Namun, kami memahami itu dan mempersiapkan diri dengan penggunaan bahasa yang lebih umum dan sesuai dengan usia mereka.